Thursday, September 6, 2018


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Sejalan dengan berkembangnya zaman, pelayanan kesehatan pun mengalami perkembangan dalam upaya menghadapi era globalisasi yang menuntut persaingan yang cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun pemerintah. Pada kondisi persaingan yang tinggi, pelanggan memiliki informasi yang memadai dan mampu untuk memilih diantara beberapa alternatif pelayanan yang ada. Oleh karena itu untuk memenangkan persaingan dalam mendapatkan pelanggan, rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang dapat memberikan kepuasan pada klien (Windy Rakhmawati, 2008). Salah satu bagian yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yaitu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang mempunyai kontribusi yang besar terhadap pelayanan kesehatan, selain itu keperawatan merupakan armada terbesar dalam pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit sehingga pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit.
            Dan salah faktor utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah tenaga keperawatan yang efektif dan efisien sebagai sumber daya manusia (Windy Rakhmawati, 2008). Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah & kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit (Windy Rakhmawati, 2008).
Tercapainya mutu pelayanan di rumah sakit dapat melalui kegiatan manajemen sumber daya manusia atau yang disebut juga manajemen ketenagaan di RS yang meliputi analisis kini dan mendatang tentang kebutuhan tenaga, recruitment, seleksi, penempatan yang sesuai (placement), promosi, pensiun (separation), pengembangan karir, pendidikan dan pelatihan (Aditama, 2004). Griffith JR (1987) dalam buku The Well Managed Community Hospital (dalam Aditama, 2004) bahwa kegiatan dalam perencanaan meliputi mengantisipasi jumlah dan jenis pekerjaan yang dibutuhkan, jadwal waktu untuk recruitment, retraining dan pemutusan hubungan kerja bila dibutuhkan, gaji dan kompensasi yang akan diberikan dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi yang ada serta berbagai kemungkinan perubahan dalam kebijaksanaan kesehatan. Di masa depan, manajemen SDM menjadi hal yang sangat potensial untuk diperhatikan oleh para pemimpin rumah sakit. Ketepatan dalam pemilihan, penerimaan, pengelolaan dan pengembangan SDM rumah sakit merupakan kunci sukses rumah sakit untuk berkembang (Ilyas, 2004).

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1.    Perencanaan tenaga keperawatan ?
2.    Klasifikasi pasien ?
3.    Perhitungan kebutuhan tenaga ?
4.    Pembagian tenaga keperawatan dan penyusunan jadwal ?
5.    Modifikasi kerja mingguan ?

C. Tujuan
1.      Untuk mengetahui Perencanaan tenaga keperawatan
2.      Untuk mengetahui klasifikasi pasien
3.      Untuk mengetahui perhitungan kebutuhan tenaga
4.      Untuk mengetahui pembagian tenaga keperawatan dan penyusunan jadwal
5.      Untuk mengetahui modifikasi kerja mingguan

D. Sistematika Penulisan
            Dalam menyusun makalah ini, penyusun membagi materi dalam bebrapa bab dan sub bab yang terdiri dari :
1.    BAB I    : Pendahuluan, yang terdiri dari : latar belakang, tujuan, manfaat dan sistematika.
2.    BAB II : Terdiri dari Perencanaaan tenaga keperawatan, klasifikasi pasien, perhitungan kebutuhan tenaga, pembagian tenaga keperawatan dan penyusunan jadwal, modifikasi kerja mingguan.
3.    BAB III             : Penutup, yang terdiri dari : kesimpulan dan saran





















BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.  Perencanaan Tenaga Keperawatan
Menurut Fadillah dkk. (2010) ketenagaan (staffing) sering dimulai dengan rencana sumber daya manusia, dimana terdiri dari antisipasi dan mempersiapkan untuk perpindahan karyawan ke dalam, masuk dan keluar dari perusahaan. Proses ini mengharapkan dapat mengantisipasi kebutuhan SDM dimasa yang akan datang dan seleksi SDM merupakan cara untuk mendekati pemenuhan kebutuhan sumber daya yang tepat.
Ketenagaan adalah aktivitas yang diambil untuk menarik, mempekerjakan dan menggaji personil atau karyawan yang dapat memberikan dukungan efektif bagi penjualan dalam organisasi. Dalam keperawatan ketenagaan adalah pemilihan, pelatihan, memotivasi dan mempertahankan personil dalam organisasi. Staf perawat merupakan tantangan konstan untuk fasilitas perawatan kesehatan. Sebelum pemilihan karyawan seseorang harus membuat analisa pekerjaan tertentu, yang dibutuhkan dalam organisasi sehingga kemudian dapat muncul pemilihan personil (Fadillah dkk, 2010).
Manajemen ketenagaan keperawatan memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009).
Keterlibatan perawat dalam perumusan kebijakan dan perencanaan program
1.    Semua kebijakan kesehatan dan program mempengaruhi perawat 
2.    Perawat secara langsung dipengaruhi oleh perubahan pada kebijakan kesehatan 
3.    Keterlibatan perawat membantu percepatan perkembangan profesi keperawatan, termasuk kapasitas dalam bekerjasama secara konstruktif dalam sistem kesehatan 
4.    Rencana strategik keperawatan (dokumen kebijakan) sebagai bagian integral dari sistem pengembangan pelayanan kesehatan.
5.    Memberikan arah yang jelas untuk perkembangan SDM Keperawatan dengan pendekatan terstruktur dan POA yang spesifik serta kerjasama lintas sektor, lintas profesi dsb 
6.    Mekanisme utama untuk pengembangan keperawatan pada suatu negara melalui pembentukan focal point (Direktorat Keperawatan), Badan Regulatori/Konsil 
7.    Keterpaduan upaya pengembangan SDM (keterpaduan perencanaan SDM dengan pelayanan, perencanaan untuk SDM terintegrasi misal tim multidisiplin, keterpaduan proses perencanaan lintas disiplin, wilayah dan sektor)
Rencana dan kebijakan terkait dengan sumber dan finansial
1.    Meningkatkan efisiensi sumber dan cost containtment 
2.    SDM merupakan investment
3.    Pengembalian investment memerlukan penanaman/ penggunaan finansial yang memadai.

B.  Klasifikasi Pasien
Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Douglas (1984) Leveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori yaitu : Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, Perawatan Intermedit memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dan Perawatan maksimal atau total
memerlukan waktu 5-6 jam.24 jam.Dalam penelitian tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung pada tingkat ketergantungan pasien seperti di bawah ini :
Menurut Donglas (1984), yang mengklasifikasi derajat ketergantungan pasien dalam tiga kategori, yaitu perawatan miniaml, perawatan intermediate, dan perawatan maksimal atau total.
1.    Minimal care
a.     Pasien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan
1)      Mampu naik-turun tempat tidur
2)      Mampu Ambulasi dan berjalan sendiri
3)      Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan
4)      Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
5)      Mampu nerpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
6)      Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan
b.    Status Psikologis Stabil
c.    Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
d.   Operasi ringan
Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, dan ganti pakaian, termasuk minum. Meskipun demikian klien perlu diawasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Ciri-ciri lain pada klien dengan klasifikasi ini adalah observasi tanda vital dilakukan setiap shift, pengobatan minimal, status psikologis stabil, dan persiapan pprosedur memerlukan pengobatan.

2.    Intermediet Care
a.    Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
1)     Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik-turun tempat tidur
2)     Membutuhkan bantuan untuk Ambulasi / berjalan
3)     Membtuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
4)     Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
5)     Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
6)     Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
7)     Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK     
b.    Post operasi minor (24 jam)
c.    Melewati fase akut dari post operasi mayor
d.   Fase awal dari penyembuhan
e.    Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
f.     Gangguan emosional ringan
Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih perlu bantuan dalam memenuhi kebersihan diri, makan dan minum. Ambulasi serta perlunya observasi tanda vital setiap 4 jam. Disamping itu klien dalam klasifikasi ini memerlukan pengobatan lebih dan sekali. Kateter Foley atau asupan haluarannya dicatat. Dan klien dengan pemasangan infus serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

3.    Total Care
a.    Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang lebih lama
1)   Membutuhkan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta dorong / kursi roda
2)   Membutuhkan latihan pasif
3)   Kebutuhan nutris dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NG tube (sonde)
4)   Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
5)   Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
6)   Dimandikan perawat
7)   Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
b.      24 jam post operasi mayor
c.       Pasien tidak sadar
d.      Keadaan pasien tidak stabil
e.       Observasi TTV setiap kurang dari jam
f.       Perawatan luka bakar
g.      Perawatan kolostomi
h.      Menggunakan alat bantu pernapasan (respirator)
i.        Menggunakan WSD
j.        Irigasi kandung kemih secara terus menerus
k.      Faktur dan atau pasca operasi tulangbelakang /leher
l.        Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi
          Perawat ini memerlukan waktu 5-6jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien harus dibantu tentang segala sesuatunya. Posisi yang diatur, observasi tanda vital setiap 2 jam, makan memerlukan selang NGT (Naso Gastrik Tube), menggunakan terapi intravena, pemakaian alat penghisap (suction), dan kadang klien dalam kondisi gelisah/disorientasi.

C.  Perhitungan Kebutuhan Tenaga
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat
Description: tbl.pngKonsep perhitungan ketenagaan (Ratna Sitorue, 2002)
Penetapan jumlah perawat dilakukan dengan menghitung jumlah pasien berdasarkan derajat ketergantungan selama satu bulan dan dihitung jumlah perawat yang dibutuhkan untuk setiap hari.Setelah itu ditetapkan rata – rata jumlah perawat setiap hari. Sebagai contoh, suatu ruang rawat dengan 22 pasien (3 pasien dengan minimal, 14 pasien dengan perawatan intermediet, dan 5 pasien dengan perawatan total) maka jumlah perawat yang dibutuhkan untuk jaga pagi adalah :
3 x 0,17 = 0,51
14 x 0,27 = 3,78
5 x 0,36 = 1,90
Jumlah 6,09 -------------- 6 orang

D.  Pembagian Tenaga Keperawatan Dan Penyusunan Jadwal
1.    Menurut Gillies (1982)

TP =  Jumlah  jam  perawatan   yang  dibutuhkan/  tahun 
Jumlah jam kerja perawat/th x jam kerjaperawat/hari

Kebutuhan tenaga perawat dirumuskan perhitungan sebagai berikut :
Atau :


Tenaga Perawat (TP)=       A   x    B    x     365
                                    (365-C)x jam kerja /hari








Keterangan :
A :  jam efektif/24 jam → waktu perawatan yang dibutuhkan klien
B :  sensus harian (jumlah pasien) → BOR x Jumlah tempat tidur
C : jumlah hari libur 365 : jumlah hari kerja selama 1 tahun

2.    Menurut Depkes (2002)
Pengelompokan unit kerja di rumah sakit.
a.    Rawat inap dewasa
b.    Rawat inap anak / perinatal
c.    Rawat inap intensif
d.   Gawat Darurat (IGD)
e.    Kamar bersalin
f.     Kamar operasi
g.    Rawat jalan.

3.    Menurut Douglas (1984)
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas dihitung  berdasarkan tingkat ketergantungan setiap shift klien dan hasil keseluruhan ditambah sepertiga (1/3) untuk perawat yang libur atau cuti. Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan untuk setiap shift jaga seperti pada formula berikut :
Kebutuhan tenaga berdasarkan rumus Depkes 2002
Kebutuhan Tenaga Perawat Jaga Menurut Klasifikasi Pasien
di Ruang rawat inap
No
Klasifikasi
Rata2 jml pasien/hari
jam perawatan/hari
Jumlah jam perawatan/hari
1
Minimal
6
2
12
2
Sedang
9
3.08
27,72
3
Agak berat
2
4.15
9,3
4
Maksimal
1
6.16
6,16
Jumlah
18
55,18
         Sumber: Data primer Ruang Rawat
Jumlah jam perawatan di ruangan per hari        = 55,18
Jumlah jam kerja perawatan per sift      = 7
Maka kebutuhan tenaga perawat                 = 55,18  = 7,88  
                                                                            7
Faktor koreksi : 
Loss Day   = 52 + 12 + 18 = 72 X 7,88 = 567,36 = 2,04
                        365-82             283           283
Tugas non keperawatan  : (7,88 + 2,04 ) 25%  = 2,48
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan : 7,88 + 2,04 + 2,48 =  12,4 - 13 0rang
Kebutuhan tenaga berdasarkan rumus Douglas
Penghitungan Tenaga Menurut Dauglas di Ruang Ruang Rawat Inap
Klasifikasi
Rata-rata jumlah pasien Juli 2005
P
S
M
Minimal
7x0.17 =1,19
6x0.14 =0.84
6x0.07 =0.42
Intermediate
11x0.27 =2,97
8x0.15 =1,2
8x0.10 =0,8
Maksimal
3x0.36 =1,08
3x0,30 =0,90
3x0.20 =0,60
Jumlah
5,24
2,94
1,82
           Sumber: Data Primer Ruang Rawat Inap
Berdasarkan hasil perhitungan menurut Douglas maka:
Jumlah perawat : 5,24 + 2,94 + 1,82  = 10  perawat
Perawat libur/cuti = 1/3 x 10 = 3,33 orang
Kepala ruang  = 1 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan adalah =10+3,33+1= 14,33à 15 orang
Cara Menghitung Jumlah Kebutuhan Perawat : Disesuaikan dengan kebijakan rumah sakit, yaitu dengan menentukan :
a.    Analisa kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
b.    Jumlah jam perawatan efektif pasien tertentu selama 24 jam.
c.    Jumlah hari kerja efektif perawat dalam 1 tahun.
d.   Penggunaan tempat tidur rata-rata.(BOR)
e.    Jumlah jam kerja perawat per hari
Berdasarkan Perhitungan di atas maka kebutuhan kuantitatif tenaga keperawatan dapat dihitung sbb :
a.    Jumlah pasien rata-rata per hari kali rata-rata jam perawatan dalam 24   
b.    jam (jam efektif) dikalikan jumlah hari dalam 1 tahun adalah merupakan
c.    jumlah jam  perawatan yang dibutuhkan selama 1 tahun.
d.   Hari kerja efektif dikalikan jam kerja sehari merupakan jumlah jam
e.    kerja perawat dalam 1 tahun.

Description: yg.png

E.       Modifikasi Kerja Mingguan
Pada tahap ini setelah Semua rencana strategis di susun maka mulai dilakukan penetuan kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan kapan waktunya. Sebagai contoh di bawah ini akan diberikan rencana kegiatan kelompok dalam penerapan model asuhan Keperawatan Profesional yang akan dilakukan dalam satu bulanDescription: yg.png
Beberapa pendekatan yang digunakan untuk penyusunan jadwal dinas mingguan. Pendekatan tersebut dapat dilihat dari karakteristik staf yang ada dalam tim. Modifikasi tugas mingguan meliputi :
1.    Total jam kerja per minggu adalah 40 jam dengan 10 jam per hari dan 4 hari kerja per minggu. Pada metode ini terjadi tumpang tindih kurang lebih 6 jam per 24 jam. Dimana jam- jam tersebut dapat dipergunakan untuk ronde keperawatan, penyelesaian rencana keperawatan atau kegiatan lainnya. Kelemahan cara ini adalah memerlukan staf yang banyak.
2.    Perincian 12 jam dalam satu shift yaitu 3 hari kerja, 4 hari libur dan 4 hari kerja. Sistem ini sama dengan sistem yang pertama yang membutuhkan tenaga yang banyak.
3.    Perincian 70 jam dalam 2 minggu yaitu 10 jam per hari (7 hari kerja dan 7 hari libur)
4.    Sistem 8 jam per hari dengan 5 hari kerja per minggu. Sistem ini lebih banyak disukai karena mengurangi kelelahan staf dan produktivitas staf tetap dapat dipertahankan

















BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan. Sehingga perencanaan yang matang akan memberi petunjuk dan mempermudah dalam melaksanakan suatu kegiatan.Manajemen ketenagaan keperawatan memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009). Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
B.  Saran
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Manajemen keperawatan khususnya tentang Staffing.


















1.      DAFTAR PUSTAKA
2.      Gillies, Nursing Management, A System Approach, WB. Saunders, Philadelphia, 1994
3.      Swansburg, Management and Leadership for Nurse Managers, second Edition, Jones and Barlett Publisher, Boston, 1996
4.      Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC

5.      Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

6.      Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

7.      Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga

8.      Swansburg,Russel C.2000.Pengantar Kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk perawat klinis.Jakarta:EGC

9.      Perencanaan_kebutuhan_tenaga_keperawatan.pdf


0 comments :

Post a Comment