BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Definisi
Meningitis
Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).
Menurut WHO
( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi.
B.
Etiologi
Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan
pada :
1. Elastisitas
dinding aorta menurun
2. Katub
jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan
jantung memompa darah menurun
4. 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
5. Kehilangan
elastisitas pembuluh darah
6. Hal ini
terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
7. Meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor
keturunan
Dari data
statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri
perseorangan
Ciri
perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika
umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis
kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras
kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
2. Kebiasaan
hidup
Kebiasaan
hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a.
Konsumsi garam yang tinggi (
melebihi dari 30 gr )
b.
Kegemukan atau makan berlebihan
c.
Stress
d.
Merokok
e.
Minum alkohol
f.
Minum obat-obatan ( ephedrine,
prednison, epineprin )-
Penyebab
hipertensi sekunder adalah :
a.
Ginjal
b.
Glomerulonefritis
c.
Pielonefritis
d.
Nekrosis tubular akut
e.
Tumor
f.
Vascular
g.
Aterosklerosis
h.
Hiperplasia
i.
Trombosis
j.
Aneurisma
k.
Emboli kolestrol
l.
Vaskulitis
m. Kelainan
endokrin
n.
DM
o.
Hipertiroidisme
p.
Hipotiroidisme
q.
Saraf
r.
Stroke
s.
Ensepalitis
t.
SGB
u.
Obat – obatan
v.
Kontrasepsi oral
w. Kortikosteroid
C.
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks
dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi
perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001). Pada usia
lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer
(Darmojo, 1999).
D.
Manifestasi
Klinis
Tanda dan
gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada
gejala
Tidak ada
gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
2. Gejala yang
lazim
Sering
dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut
Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu :
1.
Mengeluh sakit kepala, pusing
2.
Lemas, kelelahan
3.
Sesak nafas
4.
Gelisah
5.
Mual
6.
Muntah
7.
Epistaksis
8.
Kesadaran menurun
E.
WOC
Terlampir
F.
Pemeriksaan
Diagnostic
a.
Hemoglobin / hematokrit
Untuk
mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
b.
BUN : memberikan informasi tentang
perfusi ginjal
Glukosa
c. Hiperglikemi
( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
d.
Kalium serum
Hipokalemia
dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek
samping terapi diuretik.
e.
Kalsium serum
Peningkatan
kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f.
Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan
kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g.
Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme
dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h.
Kadar aldosteron urin/serum
Untuk
mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i.
Urinalisa
Darah,
protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
j.
Asam urat
Hiperurisemia
telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k.
Steroid urin
Kenaikan
dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l.
IVP
Dapat
mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
m.
Foto dada
Menunjukkan
obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n. CT scan
Untuk
mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran
jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah
satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
G.
Penatalaksanaan
Keperawatan Dan Medikamentosa
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa
Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah
:
Restriksi
garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah
kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan
berat badan
Penurunan
asupan etanol
Menghentikan
merokok
2. Latihan
Fisik
Latihan
fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah
raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain
Intensitas
olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari
denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya
latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
3. Edukasi
Psikologis
Pemberian
edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
Tehnik Biofeedback
Biofeedback
adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan
biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
Tehnik relaksasi
Relaksasi
adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan
atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
4. Pendidikan
Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan
pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
5. Terapi
dengan Obat
Tujuan
pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
1. Step 1 Obat pilihan
pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2. Step 2 Alternatif
yang bisa diberikan :
a.
Dosis obat pertama dinaikkan
b.
Diganti jenis lain dari obat pilihan
pertama
c.
Ditambah obat ke –2 jenis lain,
dapat berupa diuretika beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
3. Step 3 :
Alternatif yang bisa ditempuh
a.
Obat ke-2 diganti
b.
Ditambah obat ke-3 jenis lain
4. Step 4 :
Alternatif pemberian obatnya
Ditambah
obat ke-3 dan ke-4
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA REMATOUID ARTHRITIS
A. Pengkajian
1. Data Umum
:
a. Kepala
keluarga
b. Komposisi
keluarga
c. Genogram
d. Tipe
keluarga
e. Suku bangsa
f. Status
sosial-ekonomi
g. Aktivitas
rekreasi keluarga
2. Riwayat
Perkembangan Keluarga :
a.
Tahap perkembangan keluarga saat ini
b.
Tugas perkembangan keluarga
c.
Tahap perkembangan yang belum
terpenuhi
d.
Riwayat keluarga inti
e.
Riwayat keluarga sebelumnya
3. Data
Lingkungan :
a. Karakteristik
rumah
b. Karateristik
tetangga dan komunitas
c. Mobilitas
geografis keluarga
d. Perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e. Sistem
pendukung keluarga
4. Struktur
Keluarga :
a. Struktur
peran
b. Nilai dan
norma keluarga
c. Pola
komunikasi keluarga
d. Struktur
kekuatan keluarga
5. Fungsi
Keluarga :
a.
Fungsi afektif
b.
Fungsi sosial
c.
Fungsi ekonomi
d.
Fungsi perawatan kesehatan keluarga
:
e.
Kemampuan mengenal masalah
f.
Kemampuan keluarga mengambil
keputusan
g.
Kemampuan keluarga merawat keluarga
yang sakit
h.
Kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah
i.
Kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan
6. Stress
dan Koping Keluarga :
a.
Stress jangka pendek
b.
Stress jangka panjang
c.
Kemampuan keluarga berespon terhadap
masalah
d.
Strategi koping yang digunakan
e. Strategi
adaptasi fungsional
7. Harapan Keluarga
a.
Terhadap masalah kesehatan
b.
Terhadap petugas ksehatan
8.
Pemeriksaan Fisik
A. Head to Toe
Kepala,
mata, telinga, hidung, mulut, leher, thorak, abdomen, genetalia, ekstremitas,
integumen, status neurologi.
B. Kebutuhan Dasar Manusia
a.
Nutrisi
b.
Eleminasi
c.
Tidur dan istirahat
d.
Gerak dan aktivitas
e.
Rasa aman dan nyaman
f.
Personal hygiene
C. Data – Data
yang Dapat Ditemukan
1. Aktivitas /
istirahat
Gejala :
Kelemahan
Letih
Napas pendek
Gaya hidup monoton
Tanda :
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
Kenaikan TD
Nadi : denyutan jelas
Frekuensi / irama : takikardia,
berbagai disritmia
Bunyi jantung : murmur
Distensi vena jugularis
3. Ekstermitas
Perubahan
warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin
lambat
4. Integritas
Ego
Gejala : Riwayat perubahan
kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple (
hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
Letupan suasana hati
Gelisah
Penyempitan kontinue perhatian
Tangisan yang meledak
otot muka tegang ( khususnya sekitar
mata )
Peningkatan pola bicara
5. Eliminasi
Gejala :
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit
ginjal )
6. Makanan /
Cairan
Gejala :
Makanan yang
disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Mual
Muntah
Riwayat
penggunaan diuretik
Tanda :
BB normal atau obesitas
Edema
Kongesti vena
Peningkatan JVP
Glikosuria
7. Neurosensori
Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit
kepala
Episode kebas
Kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan ( penglihatan
kabur, diplopia )
Episode epistaksis
Tanda :
Perubahan orientasi, pola nafas, isi
bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
Respon motorik : penurunan kekuatan
genggaman
Perubahan retinal optik
8. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
nyeri hilang timbul pada tungkai
sakit kepala oksipital berat
nyeri abdomen
9. Pernapasan
Gejala :
Dispnea yang berkaitan dengan
aktivitas
Takipnea
Ortopnea
Dispnea nocturnal proksimal
Batuk dengan atau tanpa sputum
Riwayat merokok
Tanda :
Distress respirasi/ penggunaan otot
aksesoris pernapasan
Bunyi napas tambahan ( krekles,
mengi )
Sianosis
10. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
11. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
Factor resiko keluarga ; hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil
KB atau hormon lain
Penggunaan obat / alkohol
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventricular
Tujuan :
Tidak
terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam.
Kriteria
hasil :
Berpartisipasi
dalam aktivitas yang menurunkan TD
Mempertahankan
TD dalam rentang yang dapat diterima
Memperlihatkan
irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi :
1)
Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2)
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3)
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
4)
Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5)
Catat edema umum
6)
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah
pengunjung.
7)
Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
8)
Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9)
Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan
kepala tempat tidur.
10)
Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
11)
Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
12)
Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13)
Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
2. Nyeri (
sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan :
Nyeri atau
sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
Kriteria
hasil :
Pasien
mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
Pasien
tampak nyaman
TTV dalam
batas normal
Intervensi :
1) Pertahankan
tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
2) Minimalkan
gangguan lingkungan dan rangsangan
3) Bantu pasien
dalam ambulasi sesuai kebutuhan
4) Hindari
merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
5) Beri
tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin
pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan
imajinasi dan distraksi
6) Hilangkan /
minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya
mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
7) Kolaborasi
pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan,
diazepam, valium )
3. Resiko
perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan adanya
tahanan pembuluh darah
Tujuan :
Tidak
terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria
hasil :
Pasien
mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD
dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing,
nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran
urin 30 ml/ menit
Tanda-tanda
vital stabil
Intervensi :
1)
Pertahankan tirah baring
2)
Tinggikan kepala tempat tidur
3)
Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia
4)
Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
5)
Amati adanya hipotensi mendadak
6)
Ukur masukan dan pengeluaran
7)
Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program
8)
Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program
C. Implementasi
Pada tahap pelaksanaan ini, fase
pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu :
1. Intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan konsulidasi
2. Keterampilan
interpersonal, intelektual, tehnical, dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat
3. Keamanan
fisik dan psikologia dilindungi
4. Dokumentasi
intervensi dan respon klien
(
Budi Anna keliat, SKP, th 1994, hal 13)
D. Evaluasi
Evaluasi
merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan. Semua tahap proses keperawatan (Diagnosa, tujuan untervensi) harus
di evaluasi, dengan melibatkan klien, perawatan dan anggota tim kesehatan
lainnya dan bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam perencanaan keperawatan
tercapai atau tidak untuk melakukan perkajian ulang jika tindakan belum hasil.
Ada
tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau tidak dan sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan rencana yang ditentukan, adapu alternatif tersebut adalah :
1. Tujuan
tercapai
2. Tujuan
tercapai sebagian
3. Tujuan
tidak tercapai
(Budi Anna Keliat, SKP, th 1994, hal 6)
7:22 AM
Student of Nurse
0 comments :
Post a Comment