Thursday, September 6, 2018



Pemriksaan Kimia Urin (Urobilirubin Dan Ketonuria)
Pada keadaan hepatotoksik terdapat kerusakan sel hati yang akan menyebabkan terjadinya mikro-obstruksi di hepar. Obstruksi akan menyebabkan berkurangnya bilirubin yang diekskresikan ke dalam usus sehingga menyebabkan pembentukan urobilinogen berkurang. Sementara bilirubin terkonjugasi dalam hepar akan masuk kembali ke dalam darah karena pengosongan langsung ke saluran limfe yang meninggalkan hepar serta pecahnya kanalikuli biliaris yang terbendung. Bilirubin terkonjugasi dalam darah kemudian akan dieksresikan ginjal ke dalam urin. Pada urin akan ditemukan menurunnya kadar urobilinogen urin dan terdapat bilirubin urin.4 Kadar bilirubin dan urobilinogen urin dapat diperiksa melalui urinalisis secara kimiawi dengan menggunakan uji strip reagen.
Bilirubin merupakan salah satu antioksidan endogen yang bersifat lipofilik dan juga anti inflamasi yang poten. Bilirubin merupakan antioksidan utama dalam serum darah manusia, potensial melawan radikal superoksida dan radikal peroksil walaupun dalam konsentrasi yang kecil.(3) Apabila terdapat ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan akan memicu perkembangan dan progresifitas komplikasi mikro dan makrovaskular pada pasien diabetes. Salah satunya adalah gangguan fungsi ginjal yang kemudian akan menjadi nefropati diabetik .
Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes yang secara klinis ditandai dengan manifestasi mikroalbuminuria yang terus berkembang menjadi albuminuria di ikuti dengan penurunan laju filtrasi glomerulus yang berlangsung selama jangka waktu yang panjang, sering selama 10 sampai 20 tahun. Nefropati diabetik merupakan penyebab ketiga jatuhnya gagal ginjal ke stadium akhir. (5)
Bilirubin disebutkan memiliki peran sebagai biomarker yang potensial dan target terapi pada nefropati diabetik.(6) Penelitian in vitro pada mencit diabetes dengan gangguan fungsi ginjal yang diberikan prekusor bilirubin yaitu biliverdin, terdapat penurunan albuminuria dan perubahan fungsi ginjal. Efek ini juga bersamaan dengan normalnya penanda stres oksidatif dan ekspresi nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADP) subunit H oxidase di ginjal.
Dalam upaya mewujudkan misi “Indonesia Sehat 2010”, maka salah satu tolak ukur adalah menurunnya angka mortalitas dan morbilitas neonatas dengan proyeksi pada tahun 2025 AKB dapat turun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin ( lebih dikenal dengan kernikterus). Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat. Selain mempunyai angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan dyplasia dental yang sangat memengaruhi kualitas hidup (Nurcahaya Z, 2008). 
§  Bilirubin
Munculnya bilirubin dalam urine dapat menjadi indikasi dini penyakit hati. Biilirubin seringkali di deteksi lama sebelum pasien menunjukan ikterus.
Produksi Bilirubin
Bilirubin, senyawa kuning berpigmen tinggi, adalah produk degradasi hemoglobin. Dalam kondisi normal, rentang hidup sel darah merah sekitar 120 hari; pada hari ke-120. Sel darah merah dihancurkan dalam limpa dan hati oleh sel fagosit sistem retikuloendotelial.
Hemoglobin bebas dipecah menjadi bagian komponennya: zat besi, protein dan protoporfirin. Tubuh menggunakan kembali zat besi dan protein, dan sistem sel retikuloendodotelial mengubah protoporfirin yang masih ada menjadi bilirubin. Bilirubin kemudian dilepas ke dalam sirkulasi,tempat bilirubin berikatan dengan albumin dan dikirim ke hati.pada titik tersebut, ginjal tidak dapat mengekskresi bilirubin sirkulasi karena, selain beriikatan dengan albumin, bilirubin sirkulasi juga tidak larut dalam air (bilirubin tidak-terkonjungasi). Dihati, bilirubin dikonjungasi dengan asam glukoronat melalui kerja glukorinil transferase membentuk bilirubin diglukoronida (bilirubin terkonjungasi) yang larut dalam air. Biasanya, bilirubin terkonjungasi tidak ditemukan dalam urine karena dari hati langsung kedalam saluran empedu dan menuju usus. Di usus, bakteri usus mereduksi bilirubin menjadi urobilinogen, yang kemudian di oksidasi dan di ekskresi ke dalam feses dalam bentuk sterkobilinogen dan urobilin. Gambar 5-3 menggambarkan metabolisme bilirubin untuk rujukan bagian ini dan diskusi berikutnya mengenai urobilinogen.
 Kemaknaan Klinis
Hanya bilirubin terkonjungasi yang ditemukan didalam urine saat siklus penguraian normal terganggu oleh obstruksi bilier (ikterus pascahepatik) (misalnya, batu atau kanker empedu) atau saat integritas hati rusak (ikterus hepatik) yang memungkinkan kebocoran bilirubin terkonjungasi ke dalam sirkulasi. Hepatitis dan sirois adalah contoh umum kondisi yang menyebabkan kerusakan hati, yang mengakibatkan bilirubinaria. Deteksi bilirubin tidak hanya memberikan indikasi awal penyakit hati, tetapi juga keberadaannya atau ketidakberadaaannya digunakan dalam menentukan penyebab ikterus klinis. Seperti di tunjukkan tabel 5-2, penentuan tersebut dapat lebih bermakna saat hasil bilirubin digabungkan dengan urobilinogen kemih. Itu karena bilirubin serum ada dalam bentuk tidak terkonjungasi dan ginjal tidak dapat mengeksresikannya.






Tabel 5-2
Bilirubin dan Urobilinogen urine pada ikterus
                       Bilirubin       urobilinogen
                         Urine             urine
Sumber saluran    +++             Normal
empedu
Kerusakan          +atau-            ++
hati
Penyakit            Negatif           +++
Hemolitik

Gambar 5-3 Degradasi hemoglobin dan produksi bilirubin
dan urobilinogen
RINGKASAN
5-13
Kemaknaan klinis Bilirubin urine
Hepatitis             Penyakit hati lain
Sirosis                Obstruksi bilier (batu
                          Empedu, karsinoma)

Reaksi Strip Reagen (Diazo)
Pemeriksaan rutin untuk bilirubin urine dengan strip reagen menggunakan reaksi diazo. Biilirubin bergabung dengan garam 2,4-dikloroanilin diazonium atau 2,6-dikrobenzena-diazonium-tetrafluoroborat dalam medium asam untuk mengahsilkan pewarna azo, dengan warna berkisar darai peningkatan derajat kecokelatan atau merah muda hingga violet, secara berturut-turut. Hasil kualitatif dilaporkan sebagai negatif, sedikit, sedang, atau banyak, atau sebagai negatif, 1+, 2+, atau 3+. Reaksi warna strip reagen untuk bilirubin lebih sulit diinterpretasi dibanding oleh pigmen  lain yang ada dalam urine. Reaksi warna atipikal seringkali tercatat pada pemeriksaan visual dan diukur oleh pembaca otomatis.pemeriksaan lanjutan harus dilakukan untuk tiap hasil yang meragukan.
Bilirubin glukoronida + garam diazonium peawrna azo
Gangguan Reaksi
Seperti yang dibahas sebelumnya, reaksi positif-palsu disebabkan, terutama pigmen urine. Urine kuning-jingga dari individu yang mengonsumsi senyawa fenozipiridin mendapat perhatian khusus, karena pigmen tebal yang dihasilkan dapat keliru dianggap bilirubin pada pemeriksaan awal. Adanya indikan dan metabolit obat lodine dapatt menyebabkan pembacaan positif-palsu.
Hasil negatif-palsu yang disebabkan oleh  pemeriksaan spesimen yang tidak segar adalah kesalahan tersering pada pemeriksaan bilirubin. Bilirubin adalah senyawa tidak stabil yangcepat mengalami foto-oksidasi menjadi biliveridin saat terpaja cahaya. Biliveridin tidak bereaksi dengan pemeriksaan diazo. Hasil negatif-palsu juga terjadi saat hidrolisis bilirubin diglukuronida menghasilkan bilirubin bebas kurang reaktif dalam pemeriksaan strip reagen. Konsentrasi tinggi asam askorbat (lebih dari 25 mg/dL) dan nitrit dapat menurunkan  sensitivitas pemeriksaan, karena zat tersebut bergabung dengan garam diazonium dan mencegah reaksinya dengan bilirubin.
§  Urobilinogen
Saat bilirubin terkonjugasi dieksresi melalui saluran empedu ke dalam usus, bakteri usus mengubah bilirubin menjadi kombinasi urobilinogen dan sterkobilinogen. Sebagian urobilinogen direabsorbsi dari usus ke dalam darah, beredar kembali ke hati, dan diekskresikan kembali ke dalam usus lewat saluran empedu. Sterkobilinogen tidak dapat direabsorbsi dan tetap berada dalam usus temoat sterkobilinogen dioksidasi menjadi sterkobilin. Urobilinogen yang beredar ulang yang mencapai usus juga dioksidasi menjadi urobilin. Baik sterkobilin maupun urobilin diekskresi ke dalam feses dan merupakan pigmen yang bertaanggung jawab untuk warna cokelat khas feses. Urobilinogen tampak dalam urine karena, saat beredar dalam darah kembali dalam hati, melewati ginjal dan disaring oleh glomerulus. Dengan demikian, sejumlah urobilinogen kurang dari 1 mg/dL atau unit Ehrlich normal dijumpai dalam urine
Kemaknaan Klinis
Peningkatan urobilinogen urine (lebih dari 1 mg/dL) dijumpai pada penyakit hati dan gangguan hemolitik. Pengukuran urobilinogen urine dapa bermanfaat dalam deteksi penyakit hati awal; namun, studi menunjukkan, jika pemeriksaan urobilinogen rutin dilakukan, 1% populasi rawat jalan dan 9% populasi rawat inap menunjukkan kenaikan hasil.13. itu sering disebabkan oleh konstipasi.
          Kerusakan fungsi hati menurunkan kemampuan hati untuk memproses urobilinogen yang beredar ulang dari usus.
Kelebihan urobilinogen yang tetap ada di dalam darah disaring oleh ginjal dan tampak dalam urine.
          Ikterus klinis yang dikaitkan dengan gangguan hemolitik terjadi akibat peningkatan jumlah bilirubin tak terkonjugasi disirkulasi. Bilirubin tak terkonjugasi tersebut dibawa ke hati untuk dikonjugasi, mengakibatkan peningkatan nyata jumlah bilirubin terkonjugasi yang masuk usus. Akibatnya, semakin banyak urobilinogen dihasikan, dan semakin banyak urobilinogen direabsorbsi ke dalam darah dan diedarkan lewat ginjal tempat filtrasi berlangsung. Selain itu, hati bekerja terlalu keras tidak memproses urobilinogen yang direabsorbsi secara efisien, dan urobilinogen tambahan diproses untuk ekresi urine.
          Meskipun tidak dapat ditentukan oleh strip reagen, tidak adanya urobilinogen dalam urine dan feses juga signifikan secara diagnostik dan mencerminkan obstruksi bilier yang mencegah jalan normal bilirubin ke dalam usus. Observasi tambahan adalah produksi feses pucat akibat kurang urobilinogen. Lihat tabel 5-2 untuk garis besar hubungan bilirubin urine dan urobilinogen urine dengan kondisi patologis terkait.

Reaksi Strip Reagen dan Gangguan Reaksi
Dibanding parameter strip reagen lain, reaksi strip untuk urobilinogen sangat berbeda antara Multistix dan Chemstrip. Multistix menggunakan reaksi aldehida Ehrlich, yaitu urobilinogen bereaksi dengan -dimetilaminobenzaldehida (reagen Ehrlich) untuk menghasilkan warna dari merah muda terang hingga gelap. Hasil dilaporkan sebagai unit Ehrlich (EU), yang setara dengan mg/dL, berkisar dari pembacaan normal 0,2 dan 1 sampai pembacaan tidak normal 2, 4, dan 8. Chemstrip memadukan reaksi penggandaan-azo (diazo) menggunakan 4-metoksibenzena-diazonium-tetrafluoroborat untuk bereaksi dengan urobilinogen, menghasilkan warna dari putih hingga merah muda. Reaksi tersebut lebih spesifik untuk urobilinogen dibanding reaksi Ehrlich. Hasil dilaporkan dalam mg/dL. Kedua pemeriksaan tersebut mendeteksi urobilinogen yang ada dalam jumlah normal, dan perbandingan warna diberikan untuk batas atas normal serta konsentrasi tidak normal. Pemeriksaan strip reagen tidak dapat menentukan tidak adanya urobilinogen, yang bermakna dalam obstruksi bilier.


MLTISTIX:
Urobilinogen + -dimetilaminobenzaldehida
     Asam                       merah (zat reaktif Ehrlich)
CHEMSTRIP:
Urobilinogen + garam diazonium     Asam
 Pewarna azo merah (4-metoksibenzena-diazonium-tetrafluoroborat)
Kemaknaan Klinis
Reaksi Ehrlich pada Multistrip muda mengalami berbagai gangguan, dirujuk sebagai senyawa reaktif Ehrlich yang menghasilkan reaksi positif palsu. Itu mencakup porfobilinogen, indikan, p-asam amininosalisilat, sulfonamida, metildopa, prokain, dan senyawa klorpromazin. Adanya porfobilinogen secara klinis bermakna; namun, pemeriksaan strip reagen tidak dipertimbangkan sebagai metode andal untuk skriningg porfobilinogen.
          Sensitivitas reaksi Ehrlich menngkay dengan suhu, dan pemeriksaan harus dilakukan pada suhu ruang. Urine berpigmen tinggi menyebabkan pembacaan atipikal dengan kedua merek strip reagen. Sebagai hasil peningkatan ekskresi garam empedu, hasil urobilinogen tertinggi biasanya didapat setelah makan.
          Hasil negatif palsu terjadi paling sering saat spesimen tidak diawetkan dengan tepat, yang memungkinkan urobilinogen mengalami foto-oksidasi menjadi urobilin. Konsentrasi tinggi nitrit menganggu reaksi penggandaan azo pada Chemstrip. Pembacaan negatif palsu juga diperoleh dengan kedua strip tersebut saat formalin digunakan sebagai pengawet.\
RINGKASAN 5-15
Kemaknaan Klinis Urobilinogen Urine
Deteksi dini penyakit hati
Gangguan hati, hepatitis, sirosis, karsinoma
Gangguan hemolitik


§  Ringkasan
Bilirubin, senyawa kuning berpigmen tinggi, adalah produk degradasi hemoglobin. Dalam kondisi normal, rentang hidup sel darah merah sekitar 120 hari; pada hari ke-120. Sel darah merah dihancurkan dalam limpa dan hati oleh sel fagosit sistem retikuloendotelial.
Hemoglobin bebas dipecah menjadi bagian komponennya: zat besi, protein dan protoporfirin. Tubuh menggunakan kembali zat besi dan protein, dan sistem sel retikuloendodotelial mengubah protoporfirin yang masih ada menjadi bilirubin. Bilirubin kemudian dilepas ke dalam sirkulasi,tempat bilirubin berikatan dengan albumin dan dikirim ke hati.pada titik tersebut, ginjal tidak dapat mengekskresi bilirubin sirkulasi karena, selain beriikatan dengan albumin, bilirubin sirkulasi juga tidak larut dalam air (bilirubin tidak-terkonjungasi). Dihati, bilirubin dikonjungasi dengan asam glukoronat melalui kerja glukorinil transferase membentuk bilirubin diglukoronida (bilirubin terkonjungasi) yang larut dalam air. Biasanya, bilirubin terkonjungasi tidak ditemukan dalam urine karena dari hati langsung kedalam saluran empedu dan menuju usus.
Sebagian urobilinogen direabsorbsi dari usus ke dalam darah, beredar kembali ke hati, dan diekskresikan kembali ke dalam usus lewat saluran empedu. Sterkobilinogen tidak dapat direabsorbsi dan tetap berada dalam usus temoat sterkobilinogen dioksidasi menjadi sterkobilin. Urobilinogen yang beredar ulang yang mencapai usus juga dioksidasi menjadi urobilin. Baik sterkobilin maupun urobilin diekskresi ke dalam feses dan merupakan pigmen yang bertaanggung jawab untuk warna cokelat khas feses. Urobilinogen tampak dalam urine karena, saat beredar dalam darah kembali dalam hati, melewati ginjal dan disaring oleh glomerulus. Dengan demikian, sejumlah urobilinogen kurang dari 1 mg/dL atau unit Ehrlich normal dijumpai dalam urine

Daftar Pustaka
1.      Nurcahaya, 2008. Angka Kematian Bayi, (online) available : http://www.nurcahayaz.com (24 Februari 2010)
2.      Makay, Rambert, Wowor: Gambaran bilirubin dan urobilinogen urin pada pasien tuberkulosis paru dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.  (Jurnal e-Biomedik eBm) (Juli-Desember 2016)
3.     Faradilla A, Siregar Y, Dalimunthe D: Penurunan Bilirubin Meningkatkan Oksidasi Lipoprotein A Pada Nefropati Diabetik. (Jurnal Kedokteran Syiah Kuala) (3 Desember 2017)



0 comments :

Post a Comment