Pemriksaan
Kimia Urin (Urobilirubin Dan Ketonuria)
Pada
keadaan hepatotoksik terdapat kerusakan sel hati yang akan menyebabkan
terjadinya mikro-obstruksi di hepar. Obstruksi akan menyebabkan berkurangnya
bilirubin yang diekskresikan ke dalam usus sehingga menyebabkan pembentukan
urobilinogen berkurang. Sementara bilirubin terkonjugasi dalam hepar akan masuk
kembali ke dalam darah karena pengosongan langsung ke saluran limfe yang
meninggalkan hepar serta pecahnya kanalikuli biliaris yang terbendung.
Bilirubin terkonjugasi dalam darah kemudian akan dieksresikan ginjal ke dalam
urin. Pada urin akan ditemukan menurunnya kadar urobilinogen urin dan terdapat
bilirubin urin.4 Kadar bilirubin dan urobilinogen urin dapat diperiksa melalui
urinalisis secara kimiawi dengan menggunakan uji strip reagen.
Bilirubin merupakan salah satu antioksidan endogen yang bersifat
lipofilik dan juga anti inflamasi yang poten. Bilirubin merupakan antioksidan
utama dalam serum darah manusia, potensial melawan radikal superoksida dan
radikal peroksil walaupun dalam konsentrasi yang kecil.(3) Apabila terdapat
ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan akan memicu perkembangan dan
progresifitas komplikasi mikro dan makrovaskular pada pasien diabetes. Salah
satunya adalah gangguan fungsi ginjal yang kemudian akan menjadi nefropati diabetik
.
Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes yang
secara klinis ditandai dengan manifestasi mikroalbuminuria yang terus
berkembang menjadi albuminuria di ikuti dengan penurunan laju filtrasi
glomerulus yang berlangsung selama jangka waktu yang panjang, sering selama 10
sampai 20 tahun. Nefropati diabetik merupakan penyebab ketiga jatuhnya gagal
ginjal ke stadium akhir. (5)
Bilirubin disebutkan memiliki peran sebagai biomarker yang potensial
dan target terapi pada nefropati diabetik.(6) Penelitian in vitro pada mencit
diabetes dengan gangguan fungsi ginjal yang diberikan prekusor bilirubin yaitu
biliverdin, terdapat penurunan albuminuria dan perubahan fungsi ginjal. Efek ini
juga bersamaan dengan normalnya penanda stres oksidatif dan ekspresi
nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADP) subunit H oxidase di ginjal.
Dalam upaya mewujudkan misi “Indonesia Sehat 2010”, maka salah satu
tolak ukur adalah menurunnya angka mortalitas dan morbilitas neonatas dengan
proyeksi pada tahun 2025 AKB dapat turun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup.
Salah satu mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (
lebih dikenal dengan kernikterus). Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi
ikterus neonatorum yang paling berat. Selain mempunyai angka mortalitas yang
tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada
tinggi, paralisis dan dyplasia dental yang sangat memengaruhi kualitas hidup
(Nurcahaya Z, 2008).
§
Bilirubin
Munculnya
bilirubin dalam urine dapat menjadi indikasi dini penyakit hati. Biilirubin
seringkali di deteksi lama sebelum pasien menunjukan ikterus.
Produksi Bilirubin
Bilirubin,
senyawa kuning berpigmen tinggi, adalah produk degradasi hemoglobin. Dalam
kondisi normal, rentang hidup sel darah merah sekitar 120 hari; pada hari
ke-120. Sel darah merah dihancurkan dalam limpa dan hati oleh sel fagosit
sistem retikuloendotelial.
Hemoglobin
bebas dipecah menjadi bagian komponennya: zat besi, protein dan protoporfirin.
Tubuh menggunakan kembali zat besi dan protein, dan sistem sel
retikuloendodotelial mengubah protoporfirin yang masih ada menjadi bilirubin.
Bilirubin kemudian dilepas ke dalam sirkulasi,tempat bilirubin berikatan dengan
albumin dan dikirim ke hati.pada titik tersebut, ginjal tidak dapat
mengekskresi bilirubin sirkulasi karena, selain beriikatan dengan albumin,
bilirubin sirkulasi juga tidak larut dalam air (bilirubin tidak-terkonjungasi).
Dihati, bilirubin dikonjungasi dengan asam glukoronat melalui kerja glukorinil
transferase membentuk bilirubin diglukoronida (bilirubin terkonjungasi) yang
larut dalam air. Biasanya, bilirubin terkonjungasi tidak ditemukan dalam urine
karena dari hati langsung kedalam saluran empedu dan menuju usus. Di usus,
bakteri usus mereduksi bilirubin menjadi urobilinogen, yang kemudian di
oksidasi dan di ekskresi ke dalam feses dalam bentuk sterkobilinogen dan
urobilin. Gambar 5-3 menggambarkan metabolisme bilirubin untuk rujukan bagian
ini dan diskusi berikutnya mengenai urobilinogen.
Kemaknaan Klinis
Hanya bilirubin terkonjungasi yang
ditemukan didalam urine saat siklus penguraian normal terganggu oleh obstruksi
bilier (ikterus pascahepatik) (misalnya, batu atau kanker empedu) atau saat
integritas hati rusak (ikterus hepatik) yang memungkinkan kebocoran bilirubin
terkonjungasi ke dalam sirkulasi. Hepatitis dan sirois adalah contoh umum
kondisi yang menyebabkan kerusakan hati, yang mengakibatkan bilirubinaria.
Deteksi bilirubin tidak hanya memberikan indikasi awal penyakit hati, tetapi
juga keberadaannya atau ketidakberadaaannya digunakan dalam menentukan penyebab
ikterus klinis. Seperti di tunjukkan tabel 5-2, penentuan tersebut dapat lebih
bermakna saat hasil bilirubin digabungkan dengan urobilinogen kemih. Itu karena
bilirubin serum ada dalam bentuk tidak terkonjungasi dan ginjal tidak dapat
mengeksresikannya.
|
Tabel 5-2
|
Bilirubin dan
Urobilinogen urine pada ikterus
|
|
Bilirubin urobilinogen
Urine urine
|
|
|
Sumber
saluran +++ Normal
empedu
Kerusakan +atau- ++
hati
Penyakit Negatif +++
Hemolitik
|
|
Gambar 5-3 Degradasi
hemoglobin dan produksi bilirubin
dan urobilinogen
|
RINGKASAN
5-13
|
Kemaknaan klinis Bilirubin urine
|
|
Hepatitis Penyakit hati lain
Sirosis Obstruksi bilier (batu
Empedu, karsinoma)
|
|
Reaksi Strip Reagen (Diazo)
Pemeriksaan
rutin untuk bilirubin urine dengan strip reagen menggunakan reaksi diazo.
Biilirubin bergabung dengan garam 2,4-dikloroanilin diazonium atau
2,6-dikrobenzena-diazonium-tetrafluoroborat dalam medium asam untuk
mengahsilkan pewarna azo, dengan warna berkisar darai peningkatan derajat
kecokelatan atau merah muda hingga violet, secara berturut-turut. Hasil
kualitatif dilaporkan sebagai negatif, sedikit, sedang, atau banyak, atau
sebagai negatif, 1+, 2+, atau 3+. Reaksi warna strip reagen untuk bilirubin
lebih sulit diinterpretasi dibanding oleh pigmen lain yang ada dalam urine. Reaksi warna
atipikal seringkali tercatat pada pemeriksaan visual dan diukur oleh pembaca
otomatis.pemeriksaan lanjutan harus dilakukan untuk tiap hasil yang meragukan.
Bilirubin
glukoronida + garam diazonium → peawrna azo
Gangguan
Reaksi
Seperti yang dibahas sebelumnya,
reaksi positif-palsu disebabkan, terutama pigmen urine. Urine kuning-jingga
dari individu yang mengonsumsi senyawa fenozipiridin mendapat perhatian khusus,
karena pigmen tebal yang dihasilkan dapat keliru dianggap bilirubin pada
pemeriksaan awal. Adanya indikan dan metabolit obat lodine dapatt menyebabkan
pembacaan positif-palsu.
Hasil negatif-palsu yang disebabkan
oleh pemeriksaan spesimen yang tidak
segar adalah kesalahan tersering pada pemeriksaan bilirubin. Bilirubin adalah
senyawa tidak stabil yangcepat mengalami foto-oksidasi menjadi biliveridin saat
terpaja cahaya. Biliveridin tidak bereaksi dengan pemeriksaan diazo. Hasil
negatif-palsu juga terjadi saat hidrolisis bilirubin diglukuronida menghasilkan
bilirubin bebas kurang reaktif dalam pemeriksaan strip reagen. Konsentrasi
tinggi asam askorbat (lebih dari 25 mg/dL) dan nitrit dapat menurunkan sensitivitas pemeriksaan, karena zat tersebut
bergabung dengan garam diazonium dan mencegah reaksinya dengan bilirubin.
§ Urobilinogen
Saat bilirubin terkonjugasi
dieksresi melalui saluran empedu ke dalam usus, bakteri usus mengubah bilirubin
menjadi kombinasi urobilinogen dan sterkobilinogen.
Sebagian urobilinogen direabsorbsi dari usus ke dalam darah, beredar kembali ke
hati, dan diekskresikan kembali ke dalam usus lewat saluran empedu.
Sterkobilinogen tidak dapat direabsorbsi dan tetap berada dalam usus temoat
sterkobilinogen dioksidasi menjadi sterkobilin. Urobilinogen yang beredar ulang
yang mencapai usus juga dioksidasi menjadi urobilin. Baik sterkobilin maupun
urobilin diekskresi ke dalam feses dan merupakan pigmen yang bertaanggung jawab
untuk warna cokelat khas feses. Urobilinogen tampak dalam urine karena, saat
beredar dalam darah kembali dalam hati, melewati ginjal dan disaring oleh
glomerulus. Dengan demikian, sejumlah urobilinogen kurang dari 1 mg/dL atau
unit Ehrlich normal dijumpai dalam urine
Kemaknaan Klinis
Peningkatan urobilinogen urine
(lebih dari 1 mg/dL) dijumpai pada penyakit hati dan gangguan hemolitik.
Pengukuran urobilinogen urine dapa bermanfaat dalam deteksi penyakit hati awal;
namun, studi menunjukkan, jika pemeriksaan urobilinogen rutin dilakukan, 1%
populasi rawat jalan dan 9% populasi rawat inap menunjukkan kenaikan hasil.13.
itu sering disebabkan oleh konstipasi.
Kerusakan fungsi hati menurunkan
kemampuan hati untuk memproses urobilinogen yang beredar ulang dari usus.
Kelebihan urobilinogen yang tetap
ada di dalam darah disaring oleh ginjal dan tampak dalam urine.
Ikterus klinis yang dikaitkan dengan
gangguan hemolitik terjadi akibat peningkatan jumlah bilirubin tak terkonjugasi
disirkulasi. Bilirubin tak terkonjugasi tersebut dibawa ke hati untuk
dikonjugasi, mengakibatkan peningkatan nyata jumlah bilirubin terkonjugasi yang
masuk usus. Akibatnya, semakin banyak urobilinogen dihasikan, dan semakin
banyak urobilinogen direabsorbsi ke dalam darah dan diedarkan lewat ginjal
tempat filtrasi berlangsung. Selain itu, hati bekerja terlalu keras tidak
memproses urobilinogen yang direabsorbsi secara efisien, dan urobilinogen
tambahan diproses untuk ekresi urine.
Meskipun tidak dapat ditentukan oleh
strip reagen, tidak adanya urobilinogen dalam urine dan feses juga signifikan
secara diagnostik dan mencerminkan obstruksi bilier yang mencegah jalan normal
bilirubin ke dalam usus. Observasi tambahan adalah produksi feses pucat akibat
kurang urobilinogen. Lihat tabel 5-2 untuk garis besar hubungan bilirubin urine
dan urobilinogen urine dengan kondisi patologis terkait.
Reaksi Strip Reagen dan Gangguan Reaksi
Dibanding parameter strip reagen
lain, reaksi strip untuk urobilinogen sangat berbeda antara Multistix dan
Chemstrip. Multistix menggunakan reaksi aldehida Ehrlich, yaitu urobilinogen
bereaksi dengan
-dimetilaminobenzaldehida (reagen
Ehrlich) untuk menghasilkan warna dari merah muda terang hingga gelap. Hasil
dilaporkan sebagai unit Ehrlich (EU), yang
setara dengan mg/dL, berkisar dari pembacaan normal 0,2 dan 1 sampai pembacaan
tidak normal 2, 4, dan 8. Chemstrip memadukan reaksi penggandaan-azo (diazo)
menggunakan 4-metoksibenzena-diazonium-tetrafluoroborat untuk bereaksi dengan
urobilinogen, menghasilkan warna dari putih hingga merah muda. Reaksi tersebut
lebih spesifik untuk urobilinogen dibanding reaksi Ehrlich. Hasil dilaporkan
dalam mg/dL. Kedua pemeriksaan tersebut mendeteksi urobilinogen yang ada dalam
jumlah normal, dan perbandingan warna diberikan untuk batas atas normal serta
konsentrasi tidak normal. Pemeriksaan strip reagen tidak dapat menentukan tidak
adanya urobilinogen, yang bermakna dalam obstruksi bilier.
MLTISTIX:
Urobilinogen
+
-dimetilaminobenzaldehida
Asam merah
(zat reaktif Ehrlich)
CHEMSTRIP:
Urobilinogen + garam diazonium Asam
Pewarna
azo merah (4-metoksibenzena-diazonium-tetrafluoroborat)
Kemaknaan Klinis
Reaksi Ehrlich pada Multistrip muda
mengalami berbagai gangguan, dirujuk sebagai senyawa reaktif Ehrlich yang
menghasilkan reaksi positif palsu. Itu mencakup porfobilinogen, indikan, p-asam amininosalisilat, sulfonamida,
metildopa, prokain, dan senyawa klorpromazin. Adanya porfobilinogen secara
klinis bermakna; namun, pemeriksaan strip reagen tidak dipertimbangkan sebagai
metode andal untuk skriningg porfobilinogen.
Sensitivitas reaksi Ehrlich menngkay
dengan suhu, dan pemeriksaan harus dilakukan pada suhu ruang. Urine berpigmen
tinggi menyebabkan pembacaan atipikal dengan kedua merek strip reagen. Sebagai
hasil peningkatan ekskresi garam empedu, hasil urobilinogen tertinggi biasanya
didapat setelah makan.
Hasil negatif palsu terjadi paling
sering saat spesimen tidak diawetkan dengan tepat, yang memungkinkan
urobilinogen mengalami foto-oksidasi menjadi urobilin. Konsentrasi tinggi
nitrit menganggu reaksi penggandaan azo pada Chemstrip. Pembacaan negatif palsu
juga diperoleh dengan kedua strip tersebut saat formalin digunakan sebagai
pengawet.\
|
RINGKASAN
5-15
|
Kemaknaan
Klinis Urobilinogen Urine
|
|
Deteksi
dini penyakit hati
Gangguan
hati, hepatitis, sirosis, karsinoma
Gangguan
hemolitik
|
|
§ Ringkasan
Bilirubin, senyawa kuning berpigmen
tinggi, adalah produk degradasi hemoglobin. Dalam kondisi normal, rentang hidup
sel darah merah sekitar 120 hari; pada hari ke-120. Sel darah merah dihancurkan
dalam limpa dan hati oleh sel fagosit sistem retikuloendotelial.
Hemoglobin bebas dipecah menjadi
bagian komponennya: zat besi, protein dan protoporfirin. Tubuh menggunakan
kembali zat besi dan protein, dan sistem sel retikuloendodotelial mengubah
protoporfirin yang masih ada menjadi bilirubin. Bilirubin kemudian dilepas ke
dalam sirkulasi,tempat bilirubin berikatan dengan albumin dan dikirim ke
hati.pada titik tersebut, ginjal tidak dapat mengekskresi bilirubin sirkulasi
karena, selain beriikatan dengan albumin, bilirubin sirkulasi juga tidak larut
dalam air (bilirubin tidak-terkonjungasi). Dihati, bilirubin dikonjungasi
dengan asam glukoronat melalui kerja glukorinil transferase membentuk bilirubin
diglukoronida (bilirubin terkonjungasi) yang larut dalam air. Biasanya,
bilirubin terkonjungasi tidak ditemukan dalam urine karena dari hati langsung
kedalam saluran empedu dan menuju usus.
Sebagian urobilinogen direabsorbsi dari
usus ke dalam darah, beredar kembali ke hati, dan diekskresikan kembali ke
dalam usus lewat saluran empedu. Sterkobilinogen tidak dapat direabsorbsi dan
tetap berada dalam usus temoat sterkobilinogen dioksidasi menjadi sterkobilin.
Urobilinogen yang beredar ulang yang mencapai usus juga dioksidasi menjadi
urobilin. Baik sterkobilin maupun urobilin diekskresi ke dalam feses dan merupakan
pigmen yang bertaanggung jawab untuk warna cokelat khas feses. Urobilinogen
tampak dalam urine karena, saat beredar dalam darah kembali dalam hati,
melewati ginjal dan disaring oleh glomerulus. Dengan demikian, sejumlah
urobilinogen kurang dari 1 mg/dL atau unit Ehrlich normal dijumpai dalam urine
Daftar Pustaka
1. Nurcahaya,
2008. Angka Kematian Bayi, (online)
available : http://www.nurcahayaz.com
(24 Februari 2010)
2.
Makay, Rambert, Wowor: Gambaran bilirubin dan
urobilinogen urin pada pasien tuberkulosis paru
dewasa di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. (Jurnal
e-Biomedik eBm) (Juli-Desember 2016)
3.
Faradilla A, Siregar Y, Dalimunthe D: Penurunan Bilirubin
Meningkatkan Oksidasi Lipoprotein A Pada Nefropati Diabetik. (Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala) (3 Desember 2017)
1:53 AM
Student of Nurse
0 comments :
Post a Comment