BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kemampuan berpikir merupakan kemampuan yang sangat
esensial untuk kehidupan. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam
kehidupannya antara lain ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama
dalam upaya memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Kemampuan
berfikir akan mempengaruhi keberhasilan hidup karena menyangkut apa yang akan
dikerjakan dan apa yang akan dihasilkan individu.
Salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu
dikembangkan melalui proses pendidikan adalah keterampilan berpikir. Morgan
(1999) mengutip pendapat Marzano (1992) memberikan kerangka tentang pentingnya
pembelajaran berpikir yaitu: (1) berpikir diperlukan untuk mengembangkan sikap
dan persepsi yang mendukung terciptanya kondisi kelas yang positif, (2)
berpikir perlu untuk memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan, (3) perlu
untuk memperluas wawasan pengetahuan, (4) perlu untuk mengaktualisasikan
kebermaknaan pengetahuan, (5) perlu untuk mengembangkan perilaku berpikir yang
menguntungkan. Berpikir kritis merupakan
suatu kompetensi yang harus dilatihkan pada peserta didik, karena kemampuan ini
sangat diperlukan dalam kehidupan (Schafersman, 1999 dalam Arnyana, 2004).
Perawat sebagai bagian dari pemberi
layanan kesehatan, yaitu memberi asuhan
keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut untuk berfikir
kritis dalam berbagai situasi. penerapan
berfikir kritis dalam proses keperawatan dengan kasus nyata yang akan memberikan gambaran
kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan bermutu. Seseorang
yang berfikir dengan cara kreatif akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu
berbeda meskipun obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan
baru, seseorang profesional harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang selalu efektif dan
ilmia dan memberikan hasil yang lebih baik untuk kesejahteraan diri maupun orang lain. Proses berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan
kita dalam pengalaman baru dan
menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita jadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan
membuat simpulan yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses
berfikir dan belajar.
B.
Tujuan
penulisan
1.
Tujuan umum
Untuk
mengetahui lebih jelas tentang Berfikir
kritis, Konsultasi dan Pengambilan keputusan
dalam manajemen dan
kepemimpinan dalam keperawatan.
2.
Tujuan
khusus
a. Mengetahui pengertian dari Berpikir kritis
b. Mengetahui macam-macam dari berpikir
c. Mengetahui proses dari berpikir kritis
d. Mengetahui kemampuan berpikir kritis
e. Mengetahui model berpikir kritis
f. Mengetahui tingkat berpikir kritis
g. Mengetahui pengertian dari konsultasi
h. Mengetahui pengertian dari pengambilan keputusan
C. Manfaat
Penulisan
Hasil
penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan penulis mengenai pengertian,
macam , proses , dan model berpikir kritis serta pentingnya berpikir kritis
bagi calon seorang perawat.
D. Metode
Penulisan
Metode
yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi
kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara
mencari, mengumpulkan, dan mempelajari materi-materi dari buku maupaun dari
media informasi lainnya dalam hal ini yang berkaitan dengan Berfikir kritis, Konsultasi dan Pengambilan
keputusan dalam manajemen dan kepemimpinan dalam keperawatan.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Pengertian Berpikir
Sebelum kita mengetahui apa itu
pengertian berpikir kritis ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai
pengertian berpikir. Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya mencari idea tau
gagasan dengan menggunakan berbagai ringkasan yang masuk akal. Tri Rusmi dalam
Perilaku Manusia (1996), mengatakan berpikir adalah suatu proses sensasi,
persepsi, dan memori/ ingatan, berpikir mengunakan lambang (visual atau
gambar), serta adanya suatu penarikan kesimpulan yang disertai proses pemecahan
masalah.
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan
mencakup membuat pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan
(Gordon, 1995 ). Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi (
Chaffe, 1994 ). Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah
reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada
solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (
Katako-Yahiro dan Saylor, 1994).
Berpikir kritis adalah suatu proses
berpikir sistematik yang penting bagi seorang profesional. Berpikir kritis akan
membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan klien. Berpikir kritis adalah
berpikir dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang membantu individu membuat
penilaian berdasarkan data bukan perkiraan (Alfaro-LeFevre 1995). Berpikir
kritis berdasarkan pada metode penyelidikan ilmiah, yang juga menjadi akar
dalam proses keperawatan. Berpikir kritis dan proses keperawatan adalah krusial
untuk keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan
holistik untuk pemecahan masalah.
Berpikir kritis adalah proses
perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat.
Menjadi pemikir kritis adalah sebuah denominator umum untuk pengetahuan yang
menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri. Pengetahuan didapat,
dikaji dan diatur melalui berpikir. Keterampilan kognitif yang digunakan dalam
berpikir kualitas-tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi-diri,
berpikir ulang, oposisi, tantangan, dan dukungan (Paul, 1993). Berpikir kritis
mentransformasikan cara individu memandang dirinya sendiri, memahami dunia. dan
membuat keputusan (Chafee 1994).
Jadi yang dimaksud dengan berpikir
kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam
mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat-tidaknya
ataupun layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa secara
rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian
merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan.
Bahwa untuk mendapatkan suatu hasil
berpikir yang kritis, seseorang harus melakukan suatu kegiatan (proses)
berpikir yang mempunyai tujuan (purposeful thinking), bukan “asal” berpikir
yang tidak diketahui apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Artinya,
walau dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering melakukan proses berpikir
yang terjadi secara “otomatis” (misal; dalam menjawab pertanyaan “siapa
namamu?”). Banyak pula situasi yang memaksa seseorang untuk melakukan kegiatan
berpikir yang memang di “rencanakan” ditinjau dari sudut “apa” (what),
“bagaimana” (how), dan “mengapa” (why). Hal ini dilakukan jika berhadapan
dengan situasi (masalah) yang sulit atau baru.
B. Macam
Berfikir
Berpikir banyak sekali
macamnya. Banyak para ahli yang mengutarakan pendapat mereka. Berikut ini akan
dijelaskan macam-macam
berpikir, yaitu
1. Berpikir
Austik
Pada saat melamun
seseorang menghayal dan sering berfantasi memikirkan sesuatu yang terkadang
tidak sesuai dengan keadaan. Setiap orang pernah terlibat dengan cara ini,
namun harus selalu terkendali. Oleh karena itu, berpikir austik sering
diidentikkan dengan melamun. Misalnya, seseorang yang berhayal ingin mempunyai
pesawat terbang.
2. Berpikir
Realistic
Berpikir realistic
dilakukan oleh seseorang saat menyesuaikan diri dengan situasi yang nyata. Pada
berpikir realistic, seseorang melihat situasi nyata yang ada, kemudian langsung
menarik suatu kesimpulan, selanjutnya direalisasikan pada penaglaman nyata. Hal
ini disebut berpikir realistic induktif. Misalnya, pada kondisi bangun
kesiangan saat masuk kuliah pagi, seseorang akan memikirkan alternative untuk
tidak bangun kesiangan. Selanjutnya, jika seseorang berpikir dengan melihat
pengalaman sebelumnya, kemudian menarik suatu kesimpulan dari situasi yang ada,
disebut berpikir realistis deduktif.
3. Berpikir
Kreatif
Berpikir kreatif
dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif memerlukan
stimulus atau rangsangan dari lingkungan yang dapat memicu seseorang
berkreativitas. Seseorang baru dikatakan berpikir kreatif jika ada perubahan
atau menciptakan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif dilakukan berdasarkan
manfaat atau tujuan yang pasti, menyelesaikan dengan baik suatu masalah, dan
menghasilkan ide yang baru atau menata kembali ide lama dalam bentuk baru.
4. Berpikir
Evaluatif
Pada saat seseorang
berpikir evaluative, berarti ia mempelajari dan menilai baik buruknya suatu
keadaan, tepat tidaknya suatu gagasan , serta perlu tidaknya perubahan suatu
gagasan. Misalnya, ketika seseorang merencanakan membeli jas baru, keuntungan
dan kerugiannya, serta apakahtepat jika membeli jika kondisi tidak
memungkinkan.
C. Proses
berpikir kritis
1. Mengenali masalah (defining and clarifying problem), meliputi
mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan kesamaan dan
perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relevan, merumuskan masalah.
2. Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta maupun opini,
mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali kemungkinan emosi
maupun salah penafsiran kalimat, mengenali kemungkina perbedaan orientasi nilai
dan ideologi.
3. Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi mengenali
data-data yang diperlukan dan meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari
keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil
D. Kemampuan
berpikir kritis
Kemampuan berpikir
kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan
berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah
lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Menurut Halpen (1996), berpikir
kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam
menentukan tujuan. cara-cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan berpikir kritis adalah:
1. Membaca
dengan kritis
Untuk
berpikir secara kritis seseorang harus membaca dengan kritis pula. Dengan
membaca secara kritis, diterapkan keterampilan-keterampilan berpikir kritis
seperti mengamati, menghubungkan teks dengan konteksnya, mengevaluasi teks dari
segi logika dan kredibilitasnya, merefleksikan kandungan teks dengan pendapat
sendiri, membandingkan teks satu dengan teks lain yang sejenis.
2. Meningkatkan
daya analisis
Dalam
suatu diskusi dicari cara penyelesaian yang baik, untuk suatu permasalahan,
kemudian mendiskusikan akibat terburuk yang mungkin terjadi.
3. Mengembangkan
kemampuan observasi atau mengamati
Dengan
mengamati akan didapat penyelesaian masalah yang misalnya menghendaki untuk
menyebutkan kelebihan dan kekurangan, pro dan kontra akan suatu masalah,
kejadian atau hal-hal yang diamati. Dengan demikian memudahkan seseorang untuk
menggali kemampuan kritisnya.
4. Meningkatkan
rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi
Pengajuan
pertanyaan yang bermutu, yaitu pertanyaan yang tidak mempunyai jawaban benar
atau salah atau tidak hanya satu jawaban benar, akan menuntut siswa untuk
mencari jawaban sehingga mereka banyak berpikir.
Dari hasil penelitian, L. M. Sartorelli
dan R. Swartz dalam Hassoubah (2004: 96-110), beberapa cara meningkatkan
keterampilan berpikir kritis diantaranya adalah dengan meningkatkan daya
analisis dan mengembangkan kemampuan observasi/mengamati. Menurut Christensen dan Marthin
dalam Redhana (2003: 21) bahwa strategi pemecahan masalah dapat mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan kemampuan siswa dalam mengadaptasi situasi
pembelajaran yang baru. Tyler dalam Redhana (2003: 21) berpendapat bahwa
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah akan meningkatkan kemampuan
berpikir siswa.
Tabel Contoh-Contoh Keterampilan Berpikir Kritis
|
Tingkatan/Jenis Keterampilan
Berpikir Kritis
|
Contoh Keterampilan Berpikir
Kritis
|
|
Mendefinisikan
dan Mengklarifikasi Masalah
|
|
|
Menentukan
Informasi-Informasi yang Relevan dengan Masalah
|
|
|
Menyelesaikan
Masalah / Menggambarkan Konklusi
|
|
E. Model
berpikir kritis
Dalam
penerapan pembelajaran pemikiran kritis di pendidikan keperawatan,
dapatdigunakan tiga model, yaitu: feeling, vision model, dan examine model
yaitu sebagai berikut:
1.
Feling Model
Model ini menerapkan
pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir kritismencoba
mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam
melakukanaktifitas keperawatan dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam
pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk dan perhatian
kepada pernyataan serta pikiran klien.
2.
Vision model
Model ini dingunakan
untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan perasaan
untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan dan ide tentang
permasalahan perawatankesehatan klien, beberapa kritis ini digunakan untuk
mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat
untuk merespon ekspresi.
3.
Exsamine model
Model ini dungunakan
untuk merefleksi ide, pengertian dan visi. Perawat menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari, meguji, melihat
konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan dan menentukan sesuatuyang berkaitan dengan
ide.
Kataoka -Yahiro dan Saylor telah
mengembangkan suatu model tentang berpikir kritis untuk penilaian keperawatan.
Model ini mendefinisikan hasil dari perpikir kritis sebagai penilaian kebidanan
yang relevan atau sesuai dengan masalah-masalah kebidanan dalam kondisi yang
bervariasi. Model ini dirancang untuk peniaian kebidanan ditingkat pelayanan,
pengelolaan dan pendidikan. Ketika seorang perawat berada di pelayanan, model
ini mengemukakan lima komponen berpikir kritis yang mengarahkan bidan untuk
membuat rencana tindakan agar asuhan keperawatan aman dan efektif.
1. Dasar
Pengetahuan Khusus
Komponen pertama
berpikir kritis adalah dasar pengetahuan khusus perawat dalam keperawatan.
Dasar pengetahuan ini beragam sesuai dengan program pendidikan dasar
keperawatan dari jenjang mana perawat diluluskan, pendidikan berkelanjutan
tambahan, dan setiap gelar tingkat lanjut yang didapatkan perawat. Dasar pengetahuan perawat mencakup
informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang
diperlukan untuk memikirkan masalah keperawatan. Informasi tersebut memberikan
data yang digunakan dalam berbagai proses berpikir kritis. Penting artinya
bahwa dasar pengetahuan ini mencakup pendekatan yang menguatkan kemampuan
perawat untuk ber[ikir secara kritis tentang masalah kebidanan.
2. Pengalaman
Komponen kedua dari
model berpikir kritis adalah pengalaman dalam kebidanan. Kecuali bidan
mempunyai kesempatan untuk berpraktik di dalam lingkungan klinik dan membuat
keputusan tentang perawat klien, berpikir kritis tidak akan pernah terbentuk.
Ketika bidan harus menghadapi klien, informasi tentang kesehatan dapat
diketahui dari mengamati, merasakan, berbicara dengan klien, dan merefleksikan
secara aktif pada pengalaman. Pengalaman
bidan dalam peraktik klinik akan
mempercepat proses berpikir kritis karena ia akan berhubungan dengan kliennya,
melakukan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan untuk
melakukan perawatan terhadap masalah kesehatan. Pengalaman
adalah hasil interaksi antara individu melalui alat indranya dan stimulus yang
berasal dari beberapa sumber belajar. Menurut Rowntree pada proses belajar ada
lima jenis stimulus atau rangsangan yang berasal dari sumber belajar.
3. Interaksi
manusia (verbal dan nonverbal), adalah interaksi antara manusia baik verbal
maupun nonverbal.
a. Realita
(benda nyata, orang dan kejadian), adalah rangsangan yang meliputi benda-benda
nyata, peristiwa nyata, binatang nyata, dan sebagainya.
b. Pictorial
representation, adalah jenis rangsangan gambar yang mewakli suatu objek dan
peristiwa
c. Written
symbols, adalah lambang tertulis yang dapat disajikan dalam berbagai macam
media.
d. Recorded
sound, adalah rangsangan dengan suara rekaman yang membantu mengontrol realitas
mengingat bahwa suara senantiasa berlangsung atau jalan terus.
4. Kompetensi
Kompetensi berpikir
kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat penilaian
keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi yaitu berpikir kritis umum yang
meliputi pengetahuan tentang metode ilmiah, penyelesaian masalah, dan pembuatan
keputusan., berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis yang meliputi alasan
mengangkat diagnose dan membuat keputusan untuk perencanaan tindakan
selanjutnya, dan berpikir kritis spesifik dalam keperawatan melalui pendekatan
proses keperawatan (pengkajian sampai evaluasi).
5. Sikap
untuk Berpikir Kritis
Paul (1993) telah meringkaskan
sikap-sikap yang merupakan aspek sentral dari pemikir kritis. Sikap ini adalah
nili yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus
menunjukkan keterampilan kognitif untuk berpikir secara kritis, tetapi juga
penting untuk memastikan bahwa keterampilan ini digunakan secara adil dan
bertanggung jawab. Berikut ini contoh sikap berpikir kritis.
6. Tanggung
gugat
Ketika individu
mendekati suatu situasi yang membutuhkan berpikir kritis, adalah tugas individu
tersebut untuk “mudah menjawab” apa pun keputusan yang dibuatnya. Sebagai
perawat professional, perawat harus membuat keputusan dalam berespons terhadap
hak, kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk
apapun penilaian yang dibuatnya atas nama pasien.
7. Berpikir
mandiri
Sejalan dengan
seseorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru, mereka belajar
mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentang yang luas dan kemudian membuat
penilaian mereka sendiri. Untuk berpikir secara mandiri, seorang menantang cara
tradisional dalam berpikir, dan mencari rasional serta jawaban logis untuk
masalah yang ada
8. Mengambil
risiko
Dalam hal ini perawat
perlu dibutuhkan niat dan kemauan mengambil risiko untuk mengenali keyakinan
apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan
yang didukung oleh fakta dan dan bukti yang kuat.
9. Kerendahan
hati
Penting untuk
mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis menerima bahwa mereka
tidak mengetahui dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan
untuk membuat keputusan yang tepat. Keselamatan dan kesejahteraan klien mungkin
berisiko jika perawat tidak mampu mengenali ketidakmampuannya untuk mengatasi
masalah praktik.
10. Integritas
Pemikir kritis
mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan pribadinya seteliti mereka
menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain. Integritas pribadi membangun rasa
percaya dari sejawat dan bawahan. Orang yang mempunyai integritas dengan cepat
berkeinginan untuk mengakui dan mengevaluasi segala ketidakkonsistenan dalam
ide dan keyakinannya.
11. Ketekunan
Pemikir kritis terus
bertekad untuk menemukan solusi yang efektif untuk masalah perawatan klien.
Solusi yang cepat adalah hal yang tidak dapat diterima. Perawat belajar
sebanyak mungkin mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk perawatan,
dan terus mencari sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat ditemukan.
12. Kreativitas
Kreativitas mencakup
berpikir original. Hal ini berarti menemukan solusi di luar apa yang dilakukan
secara tradisional. Sering kali klien menghadapi masalah yang membutuhkan
pendekatan unik.
13. Standar
untuk Berpikir Kritis
Paul (1993) menemukan
bahwa standar intelektual menjadi universal untuk berpikir kritis. Standar
professional untuk berpikir kritis mengacu pada kriteria etik untuk penilaian
keperawatan dan kriteria unuk tanggung jawab dan tanggung gugat professional.
Penerapan standar ini mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis untuk
kebaikan individu atau kelompok. (Kataoka-Yhiro & Saylor, 1994 ).
F. Tingkat
berpikir kritis
Model berpikir kritis membantu memperhatikan kompleksitas dari proses
pembuatan keputusan dalam keperawatan. Sejalan dengan perawat mendapat
pengetahuan baru dan matur tentang professional kompeten, maka kemampuannya
untuk berpikir secara kritis juga berkembang. Model Kataoka-Yahiro &
Saylor, (1994) mengidentifikasi tiga tingkat berpikir kritis dalam keperawatan
: tingkat dasar, kompleks, dan komitmen. Tingkat ini cenderung sejajar dengan
lima tingkat kecakapan yang diuraikan oleh Benner (1984) : pendatang, pemula
lanjut, kompeten, cakap, dan ahli.
1.
Pada tingkat dasar pembelajar menganggap bahwa yang berwenang mempunyai
jawaban yang benar untuk setiap masalah. Berpikir cenderung untuk menjadi
konkret dan didasarkan pada serangkaian peraturan atau prinsip. Hal ini
merupakan langkah awal dalam perkembangan kemampuan mempertimbangkan
Kataoka-Yahiro & Saylor, (1994). Individu mempunyai keterbatasan pengalaman
dalam menerapkan berpikir kritis. Di samping kecenderungan untuk diatur oleh
orang lain, individu belajar menerima perbedaan pendapat dan nilai-nilai
diantara pihak yang berwenang. Dalam kasus perawat baru, berpikir kritis sambil
melakukan prosedur keperawatan masih terbatas. Pendekatan tahap demi tahap
digunakan untuk memberikan perawatan dan mungkin tidak dapat diadaptasi untuk
kebutuhan klien yang unik atau yang tidak lazim.
2.
Pada tingkat berpikir kritis yang kompleks seseorang secara kontinu
mengenali keragaman dari pandangan dan persepsi individu. Apa yang berubah
adalah kemampuan dan inisiatif individu. Pengalaman membantu individu mencapai
kemampuan untuk terlepas dari kewenangan dan menganalisis serta meneliti
alternatif secara lebih mandiri dan sistematis. Dalam kaitannya dengan
keperawatan, praktisi mulai untuk mencari bagaimana tindakan keperawatan
mempunyai manfaat jangka panjang untuk klien. Perawat mulai
mengantisipasi alternatif lebih baik dan menggali lebih luas. Hanya kemauan
untuk mempertimbangkan penyimpangan dari protokol atau peraturan standar ketika
terjadi situasi klien yang kompleks. Sering terdapat lebih dari satu solusi
untuk suatu masalah. Perawat belajar keragaman dari pendekatan yang berbeda
untuk terapi yang sama.
3.
Tingkat ketiga dari berpikir kritis adalah komitmen. Pada tingkat ini
perawat memilih tindakan atau keyakinan berdasarkan alternatif yang
diidentifikasi pada tingkat berpikir yang kompleks. Perawat mampu untuk
mengantisipasi kebutuhan untuk membuat pilihan yang kritis setelah menganalisis
keuntungan dari alternatif lainnya. Maturitas perawat tercermin dalam kerutinan
selalu mencari pilihan yang terbaik, yang paling inovatif, dan paling sesuai
untuk perawatan klien.
|
Langkah 1
|
Mengidentifikasi masalah, informasi yang relevan dan semua dugaan
tentang masalah tersebut. Ini termasuk kesadaran akan
kemungkinan adanya lebih dari satu solusi.
|
|
Langkah 3
|
Mengeksplorasi
interpretasi dan mengidentifikasi hubungan yang ada. Ini
termasuk mengenali bias/prasangka yang ada, menghubungkan alasan yang terkait
dengan berbagai alternatif pandangan dan mengorganisir informasi yang ada
sehingga menghasilkan data yang berarti.
|
|
Langkah 3
|
Menentukan prioritas
alternatif yang ada dan mengkomunikasikan kesimpulan. Ini
termasuk proses menganalisis dengan cermat dalam mengembangkan panduan yang
dipakai untuk menentukan faktor, dan mempertahankan solusi yang
terpilih.
|
|
Langkah 4
|
Mengintegrasikan,
memonitor dan menyaring strategi untuk penanganan ulang masalah. Ini
termasuk mengetahui pembatasan dari solusi yang terpilih dan mengembangkan
sebuah proses berkelanjutan untuk membangkitkan dan menggunakan informasi
baru.
|
G. Konsultasi
Perawat sebagai
konselor mempunyai tujuan membantu klien dalam memilih keputusan yang akan
diambil terhadap penyakit yang dideritanya. Untuk mempermudah didalam mengambil
keputusan klien wajib mempertanyakan langkah – langkah yang akan diambil
terhadap dirinya.
Perawat konselor perlu memiliki dan
memenuhi persyaratan antara lain :
1. Mempunyai minat dan sikap positif terhadap
penyakit yang diderita.
2. Memiliki pengetahuan teknis mengenai
perjalanan suatu penyakit.
3. Menguasai dasar – dasar teknis konseling.
4. Memiliki keterampilan.
Keperibadian serta sikap yang kondesif
untuk terciptanya interaksi yang adekuat antara konselor dengan klien sangat
diperlukan didalam mempermudah melakukan proses pelayanan keperawatan secara
profesional.
H. Pengambilan
keputusan
Pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah dengan pengumpulan
fakta-fakta dan data, menentukan alternatif yang matang untuk mengambil suatu
tindakan yang tepat. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan keputusan :
- Dalam
proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
- Pengambilan
keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada
sistematika tertentu :
a. Tersedianya
sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil.
b. Kualifikasi
tenaga kerja yang tersedia
c. Falsafah
yang dianut organisasi.
- Situasi
lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan
manajemen di dalam organisasi.
- Pemecahan
masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan
sistematis.
- Keputusan
yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif
yang telah dianalisa secara matang.
Sikap atau watak berfikir kritis dapat
ditingkatkan dengan memantapkan secara positif dan memotivasi lingkungan kerja. Kreativitas penting untuk membangkitkan motivasi secara individu sehingga mampu
memberikan konsep baru dengan pendekatan inovatif dalam memecahkan masalah atau
isu secara fleksibel dan bebas berpikir.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berpikir
kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi seorang
profesional. Berpikir kritis akan membantu profesional dalam memenuhi kebutuhan
klien. Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang
membantu individu membuat penilaian berdasarkan data bukan perkiraan
(Alfaro-LeFevre 1995). Berpikir kritis berdasarkan pada metode penyelidikan
ilmiah, yang juga menjadi akar dalam proses keperawatan. Berpikir kritis dan
proses keperawatan adalah krusial untuk keperawatan profesional karena cara
berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.
B.
Saran
Sebaiknya kita sebagai seorang individu atau seorang perawat
bisa berpikir secara kritis, sehingga dapat mengambil keputusan dengan cepat
dan tepat. Serta dapat menyelesaikan masalah dengan baik.
Daftar Pustaka
1.
Maryam,siti.(2006).Berpikir
Kritis dalam Keperawatan.Buku Ajar Kedokteran EGC,Jakarta.
2.
Potter,
perry.(2006).Fundamental Keperawatan.Buku Ajar Kedokteran EGC, Jakarta.
3.
https://www.academia.edu/6749060/BERFIKIR_KRITIS_DALAM_KEPERAWATAN_BAB_I_PENDAHULUAN diakses pada Kamis 03 Meret 2016, pukul 11.28
4. Nur,
Indah. 1990. Berfikir Kritis dalam
kehidupan Sehari-hari. Bandung. Media Bersama
7:04 AM
Student of Nurse
0 comments :
Post a Comment