Thursday, September 6, 2018


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Cardiac arrest adalah kematian yang terjadi sebagai akibat dari hilangnya fungsi jantung secara mendadak. Keadaan ini termasuk permasalahan kesehatan yang besar dan mengenaskan karena dapat menyerang secara tiba-tiba serta terjadi pada usia tua maupun muda. Keadaan henti jantung mendadak bisa saja terjadi pada seseorang dengan ataupun tanpa penyakit jantung sebelumnya
Kematian jantung mendadak merupakan berhentinya fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum diketahui menderita penyakit jantung. Waktu dan kejadiannya tidak diduga-duga, yakni segera setelah timbul keluhan. Kejadian yang menyebabkan kematian mendadak terjadi ketika sistem kelistrikan jantung menjadi tidak berfungsi dengan baik, dan menghasilkan irama jantung yang tidak normal.
WHO (2008) menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-sama dengan penyakit infeksi dan kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia. Serangan jantung dan problem seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29 % kematian global setiap tahun. Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional penyakit jantung bersama dengan penyakit infeksi merupakan penyebab kematian utama di Indonesia (Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).
Pakar jantung dari pusat jantung nasional Harapan Kita (PJNHK) dr.Daniel P.L.Tobing Sp.JP mengatakan di Indonesia dalam satu hari pasien cardiac arrest yang dilarikan ke PJNHK mencapai 3-5 orang. Itu belum termasuk di Rumah Sakit lain di Jakarta ataupun di daerah lain.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan cardiac arrest ?
2.      Apa saja etiologi pada cardiac arrest ?
3.      Bagaimana patofisiologi dari cardiac arrest ?
4.      Bagaimana WOC dari cardiac arrest ?
5.      Apa saja manifestasi klinis yang terdapat pada cardiac arrest ?
6.      Apa saja pemeriksaan penunjang pada cardiac arrest ?
7.      Apa saja penatalaksanaan yang dpat diberikan pada psien dengan cardiac arrest ?
8.      Apa saja komplikasi yang dapat ditemukan pada pasien dengan cardiac arrest ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan cardiac arrest.
2.      Untuk mengetahui apa saja etiologi pada cardiac arrest.
3.      Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari cardiac arrest.
4.      Untuk mengetahui bagaimana WOC dari cardiac arrest.
5.      Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis yang terdapat pada cardiac arrest.
6.      Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada cardiac arrest.
7.      Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan yang dpat diberikan pada psien dengan cardiac arrest.
8.      Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang dapat ditemukan pada pasien dengan cardiac arrest.
D.    Sistematika Penulisan
Cover
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
B.     Rumusan masalah
C.     Tujuan penulisan
D.    Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.    Definisi
B.     Etiologi
C.     Patofosiologi
D.    WOC
E.     Manifestasi klinis
F.      Pemeriksaan penunjang
G.    Penatalaksanaan
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Defenisi
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart Association,2010).
Jameson, dkk (2005), menyatakan bahwa cardiac arrest adalah penghentian sirkulasi normal darah akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa henti jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.

B.     Etiologi
Iskandar (2008), mengatakan bahwa faktor risiko cardiac arrest adalah: Laki-laki usia 40 tahun atau lebih, memiliki kemungkinan untuk terkena cardiac arrest satu berbanding delapan orang, sedangkan pada wanita adalah satu berbanding 24 orang. Semakin tua seseorang, semakin rendah risiko henti jantung mendadak. Orang dengan faktor risiko untuk penyakit jantung, seperti hipertensi, hiperkholesterolemia dan merokok memiliki peningkatan risiko terjadinya cardiac arrest (Iskandar,2008).
Menurut American Heart Association (2010), seseorang dikatakan mempunyai risiko tinggi untuk terkena cardiac arrest dengan kondisi:
a)      Ada jejas di jantung akibat dari serangan jantung terdahulu atau oleh sebab lain; jantung yang terjejas atau mengalami pembesaran karena sebab tertentu cenderung untuk mengalami aritmia ventrikel yang mengancam jiwa. Enam bulan pertama setelah seseorang mengalami serangan jantung adalah periode risiko tinggi untuk terjadinya cardiac arrest pada pasien dengan penyakit jantung atherosclerotic.
b)      Penebalan otot jantung (Cardiomyopathy). karena berbagai sebab (umumnya karena tekanan darah tinggi, kelainan katub jantung) membuat seseorang cenderung untuk terkena cardiac arrest.
c)      Seseorang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung; karena beberapa kondisi tertentu, beberapa obat-obatan untuk jantung (anti aritmia) justru merangsang timbulnya aritmia ventrikel dan berakibat cardiac arrest. Kondisi seperti ini disebut proarrythmic effect. Pemakaian obat-obatan yang bisa mempengaruhi perubahan kadar potasium dan magnesium dalam darah (misalnya penggunaan diuretik) juga dapat menyebabkan aritmia yang mengancam jiwa dan cardiac arrest.
d)     Kelistrikan yang tidak normal; beberapa kelistrikan jantung yang tidak normal seperti Wolff-Parkinson-White-Syndrome dan sindroma gelombang QT yang memanjang bisa menyebabkan cardiac arrest pada anak dan dewasa muda.
e)      Pembuluh darah yang tidak normal, jarang dijumpai (khususnya di arteri koronari dan aorta) sering menyebabkan kematian mendadak pada dewasa muda. Pelepasan adrenalin ketika berolah raga atau melakukan aktifitas fisik yang berat, bisa menjadi pemicu terjadinya cardiac arrest apabila dijumpai kelainan tadi.
f)       Penyalahgunaan obat; penyalahgunaan obat adalah faktor utama terjadinya cardiac arrest pada penderita yang sebenarnya tidak mempunyai kelainan pada organ jantung.
C.    Patofisiologi
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit (Sudden cardiac death).
1.     Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner menyebabkan Infark miokard atau yang umumnya dikenal sebagai serangan jantung. Infark miokard terjadi akibat arteri koroner yang menyuplai oksigen ke otot-otot jantung menjadi keras dan menyempit akibat sebuah materia (plak) yang terbentuk di dinding dalam arteri. Pada akhirnya, otot-otot jantung tidak lagi memperoleh suplai oksigen yang mencukupi untuk melakukan fungsinya, sehingga dapat terjadi infark. Ketika terjadi infark, beberapa jaringan jantung mati dan menjadi jaringan parut. Jaringan parut ini dapat menghambat sistem konduksi langsung dari jantung, meningkatkan terjadinya aritmia dan cardiac arrest.
2.   Stress fisik
Dapat menyebabkan sistem konduksi jantung gagal berfungsi, diantaranya:
a.       Perdarahan yang banyak akibat luka trauma atau perdarahan dalam sengatan listrik.
b.      Kekurangan oksigen akibat tersedak, penjeratan, tenggelam ataupun serangan asma yang berat.
c.       Kadar Kalium dan Magnesium yang rendah.
d.      Latihan yang berlebih. Adrenalin dapat memicu SCA pada pasien yang memiliki gangguan jantung.
e.       Stress fisik seperti tersedak, penjeratan dapat menyebabkan vagal reflex akibat penekanan pada nervus vagus di carotic sheed.
3.   Kelainan Bawaan
Ada sebuah kecenderungan bahwa aritmia diturunkan dalam keluarga. Beberapa orang lahir dengan defek di jantung mereka yang dapat mengganggu bentuk (struktur) jantung dan dapat meningkatkan kemungkinan terkena cardiac arrest
4.   Perubahan Struktur Jantung
Perubahan struktur jantung akibat penyakit katup atau otot jantung dapat menyebabkan perubahan dari ukuran atau struktur yang pada akhirnrya dapat mengganggu impuls listrik. Infeksi dari jantung juga dapat menyebabkan perubahan struktur dari jantung.
5.   Obat-obatan
Antidepresan trisiklik, fenotiazin, beta bloker, calcium channel blocker, kokain, digoxin, aspirin, asetominophen dapat menyebabkan aritmia.
6.   Tamponade Jantung
Cairan yang yang terdapat dalam perikardium dapat mendesak jantung sehingga tidak mampu untuk berdetak, mencegah sirkulasi berjalan sehingga mengakibatkan kematian.
7.   Tension Pneumothorax
Terdapatnya luka sehingga udara akan masuk ke salah satu cavum pleura. Udara akan terus masuk akibat perbedaan tekanan antara udara luar dan tekanan dalam paru. Hal ini akan menyebabkan pergeseran mediastinum. Ketika keadaan ini terjadi, jantung akan terdesak dan pembuluh darah besar (terutama vena cava superior) tertekan, sehingga membatasi aliran balik ke jantung.
D.    WOC
E.     Manifestasi klinis
1.      Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen,   termasuk otak.
2.      Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran (collapse).
3.      Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit, selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit.
4.      Napas dangkal dan cepat bahkan bisa terjadi apnea (tidak bernafas).
5.      Tekanan darah sangat rendah (hipotensi) dengan tidak ada denyut nadi yang dapat   terasa pada arteri.
6.      Tidak ada denyut jantung.
Tanda- tanda cardiac arrest menurut Diklat Ambulans Gawat Darurat 118 (2010) yaitu:
1.      Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara, tepukan di pundak ataupun cubitan.
2.      Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normal ketika jalan pernafasan dibuka.
3.      Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis, radialis).
F.     Pemeriksaan Penunjang
1.        Elektrokardiogram
EKG bisa menunjukkan bahwa serangan jantung telah terjadi. ECG dapat mendeteksi pola listrik abnormal, seperti interval QT berkepanjangan, yang meningkatkan risiko kematian mendadak.
2.         Tes darah
a.       Pemeriksaan Enzim Jantung
Enzim-enzim jantung tertentu akan masuk ke dalam darah jika jantung terkena serangan jantung. Karena serangan jantung dapat memicu sudden cardiac arrest. Pengujian sampel darah untuk mengetahui enzim-enzim ini sangat penting apakah benar-benar terjadi serangan jantung.
b.      Elektrolit Jantung
Melalui sampel darah, kita juga dapat mengetahui elektrolit-elektrolit yang ada pada jantung, di antaranya kalium, kalsium, magnesium. Elektrolit adalah mineral dalam darah kita dan cairan tubuh yang membantu menghasilkan impuls listrik. Ketidak seimbangan pada elektrolit dapat memicu terjadinya aritmia dan sudden cardiac arrest.
3.         Test Obat
Pemeriksaan darah untuk bukti obat yang memiliki potensi untuk menginduksi aritmia, termasuk resep tertentu dan obat-obatan tersebut merupakan obat-obatan terlarang.
4.         Test Hormon
Pengujian untuk hipertiroidisme dapat menunjukkan kondisi ini sebagai pemicu cardiac arrest.
5.         Imaging tes
a.       Pemeriksaan Foto Torak
Foto thorax menggambarkan bentuk dan ukuran dada serta pembuluh darah. Hal ini juga dapat menunjukkan apakah seseorang terkena gagal jantung.
b.      Pemeriksaan nuklir
Membantu mengidentifikasi masalah aliran darah ke jantung. Radioaktif yang dalam jumlah yang kecil, seperti thallium disuntikkan ke dalam aliran darah. Dengan kamera khusus dapat mendeteksi bahan radioaktif mengalir melalui jantung dan paru-paru.
c.       Ekokardiogram
Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran jantung. Echocardiogram dapat membantu mengidentifikasi apakah daerah jantung  telah rusak oleh cardiac arrest dan tidak memompa secara normal atau pada kapasitas puncak (fraksi ejeksi), atau apakah ada kelainan katup.
d.      Electrical system (electrophysiological) testing and mapping
Biasanya dilakukan setelah seseorang sudah sembuh dan jika penjelasan yang mendasari serangan jantung belum ditemukan. Dengan jenis tes ini, dokter mungkin mencoba untuk menyebabkan aritmia, sementara dokter memonitor jantung Anda. Tes ini dapat membantu menemukan tempat aritmia dimulai. Hal ini memungkinkan dokter untuk mengamati lokasi aritmia.
e.       Ejection fraction testing
Persentase darah yang dipompa keluar dari ventrikel  setiap detak jantung (fraksi ejeksi) Sebuah fraksi ejeksi normal adalah 55 sampai 70 persen. Fraksi ejeksi kurang dari 40 persen meningkatkan risiko sudden cardiac arrest.
f.       Coronary catheterization (angiogram)
Pengujian ini dapat menunjukkan jika arteri koroner Anda terjadi penyempitan atau penyumbatan. Arteri menjadi terlihat pada X-ray dan rekaman video, menunjukkan daerah penyumbatan.
G.    Penatalaksanaan
Henti jantung dapat terjadi setiap saat di dalam atau di luar rumah sakit,sehingga  pengobatan dan tindakan yang cepat serta tepat akan menentukan prognosis; 30-45 detik.sesudah henti jantung terjadi akan terlihat dilatasi pupil dan pada saat ini harus di ambil tindakan berupa:
1.            Sirkulasi artifisial yang meningkatkan tekanan darah yang mengandung oksigen dengan melakukan :
a.       Masase jantung, .tidurkan pada tempat tidur yang datar dan keras, kemudian dengan telapak tangan tekan secara kuat dan keras sehingga jantung yang terdapat di antara sternum dan tulang belakang tertekan dan darah mengalir ke arteria pumonalis dan aorta. Masase jantung  yang baik terlihat hasilnya dari terabanya kembali nadi arteri-atreri besar sedangkan pulihnya  sirkulasi ke otak dapat terlihat pada pupil yang menjadi normal kembali.
b.      Pernapasan buatan. mula-mula bersihkan saluran pernapasan, kemudian ventilasi di perbaiki dengan pernapan mouth to mouth/inflating bags atau secara endotrakheal. Ventilasi yang baik dapat di ketahui bila kemudian tampak ekspansi dinding thoraks pada setiap kali inflasi di lakukan dan kemudian juga warna kulit akan menjadi normal kembali.  
2.              Memperbaiki irama jantung
a.       Defibrilasi, yaitu bila kelainan dasar henti jantung ialah fibrilasi ventrikel.
b.      Obat-obatan : infus norepinefrin 4 mg/1000ml larutan atau vasopresor dan epinefrin  3 ml 1:1000 atau kalsium klorida secara intra kardial (pada bayi di sela iga IV kiri dan pada anak di bagian yang lebih bawah) untuk meninggikan tonus jantung, sedangkan asidosis metabolik  diatasi dengn pemberian sodium bikarbonat. Bila fibrilasi ventrikel kambuh, maka dapat diberikan lignokain 1%  dan kalium klorida yang dapat menekan miokard. Bila nadi menjadi lambat dan abnormal, maka perlu di berikan isoproterenol.
3.              Perawatan dan pengobatan komplikasi
a.       perawatan: pengawasan tekanan darah, nadi, jantung dilakukan untuk menghindari terjadinya  aspirasi (dipasang  pipa lambung); mengetahui adanya anuri yang dini (di pasang kateter kandung kemih).
b.      pengobatan komplikasi yang terjadi seperti gagal ginjal (yang di sebabkan nekrosis kortikal akut) dan anuri dapat di atasi  dengan pemberian ion exchange resins, dialisis peritoneal serta pemberian cairan yang di batasi. Kerusakan otak di atasi dengan pemberian obat hiportemik dan obat untuk mengurangi edema otak serta pemberian oksigen yang adekuat.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran


DAFTAR PUSTAKA

Emergency  nurse assosiation. 2005.sheehy’s of emergency care. Edisi ke6. Philadelphia : mosby Elsevier.

Ilmu kesehatan anak volume 2.1985.
Ilmu kesehatan anak volume 3.1985.
Kapita selekta pediatrik;edisi II.EGC.

Ns.Paula krisanty,S.kep,MA,dkk. 2009.Asuhan keperawatan gawat darurat.TIM

Nanda international.2009-2011.diagnosis keperawatan, definisi dan klasifikasi EGC.
Wilkinson,M.Judith.2002.buku saku diagnosis keperawatan,dengan intervensi NIC & kriteria hasil NOC.edisi ke-7.EGC.
Kartikawati, Dewi.dasar-dasar keperawatan gawat darurat.b uku ajar. 9.    Muriel, skeet. tindakan paramedis terhadap kegawatan dan pertolongan pertama. edisi ke 2.EGC