BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cardiac arrest adalah kematian
yang terjadi sebagai akibat dari hilangnya fungsi jantung secara mendadak.
Keadaan ini termasuk permasalahan kesehatan yang besar dan mengenaskan karena
dapat menyerang secara tiba-tiba serta terjadi pada usia tua maupun muda.
Keadaan henti jantung mendadak bisa saja terjadi pada seseorang dengan ataupun
tanpa penyakit jantung sebelumnya
Kematian jantung mendadak
merupakan berhentinya fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah
atau belum diketahui menderita penyakit jantung. Waktu dan kejadiannya tidak
diduga-duga, yakni segera setelah timbul keluhan. Kejadian yang menyebabkan
kematian mendadak terjadi ketika sistem kelistrikan jantung menjadi tidak
berfungsi dengan baik, dan menghasilkan irama jantung yang tidak normal.
WHO (2008) menerangkan bahwa
penyakit jantung, bersama-sama dengan penyakit infeksi dan kanker masih tetap
mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia. Serangan
jantung dan problem seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan
29 % kematian global setiap tahun. Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan
Survei Kesehatan Nasional penyakit jantung bersama dengan penyakit infeksi
merupakan penyebab kematian utama di Indonesia (Diklat Yayasan Ambulans Gawat
Darurat 118, 2010).
Pakar jantung dari pusat
jantung nasional Harapan Kita (PJNHK) dr.Daniel P.L.Tobing Sp.JP mengatakan di
Indonesia dalam satu hari pasien cardiac arrest yang dilarikan ke PJNHK
mencapai 3-5 orang. Itu belum termasuk di Rumah Sakit lain di Jakarta ataupun
di daerah lain.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan cardiac arrest ?
2.
Apa saja etiologi pada cardiac arrest ?
3.
Bagaimana patofisiologi dari cardiac arrest ?
4.
Bagaimana WOC dari cardiac arrest ?
5.
Apa saja manifestasi klinis yang terdapat pada cardiac arrest ?
6.
Apa saja pemeriksaan penunjang pada cardiac arrest ?
7.
Apa saja penatalaksanaan yang dpat diberikan pada psien dengan cardiac
arrest ?
8.
Apa saja komplikasi yang dapat ditemukan pada pasien dengan cardiac arrest
?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan cardiac arrest.
2.
Untuk mengetahui apa saja etiologi pada cardiac arrest.
3.
Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari cardiac arrest.
4.
Untuk mengetahui bagaimana WOC dari cardiac arrest.
5.
Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis yang terdapat pada cardiac
arrest.
6.
Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada cardiac arrest.
7.
Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan yang dpat diberikan pada psien
dengan cardiac arrest.
8.
Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang dapat ditemukan pada pasien
dengan cardiac arrest.
D. Sistematika Penulisan
Cover
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
B.
Rumusan masalah
C.
Tujuan penulisan
D.
Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN
TEORITIS
A.
Definisi
B.
Etiologi
C.
Patofosiologi
D.
WOC
E.
Manifestasi klinis
F.
Pemeriksaan penunjang
G.
Penatalaksanaan
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi
Cardiac arrest adalah hilangnya
fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang
memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya
tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda
tampak (American Heart Association,2010).
Jameson, dkk (2005), menyatakan
bahwa cardiac arrest adalah penghentian sirkulasi normal darah akibat kegagalan
jantung untuk berkontraksi secara efektif. Berdasarkan pengertian di atas maka
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa henti jantung atau cardiac arrest adalah
hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal
darah untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat
kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.
B. Etiologi
Iskandar (2008), mengatakan
bahwa faktor risiko cardiac arrest adalah: Laki-laki usia 40 tahun atau lebih,
memiliki kemungkinan untuk terkena cardiac arrest satu berbanding delapan
orang, sedangkan pada wanita adalah satu berbanding 24 orang. Semakin tua
seseorang, semakin rendah risiko henti jantung mendadak. Orang dengan faktor
risiko untuk penyakit jantung, seperti hipertensi, hiperkholesterolemia dan
merokok memiliki peningkatan risiko terjadinya cardiac arrest (Iskandar,2008).
Menurut American Heart
Association (2010), seseorang dikatakan mempunyai risiko tinggi untuk terkena
cardiac arrest dengan kondisi:
a)
Ada jejas di jantung akibat dari serangan jantung terdahulu atau oleh sebab
lain; jantung yang terjejas atau mengalami pembesaran karena sebab tertentu
cenderung untuk mengalami aritmia ventrikel yang mengancam jiwa. Enam bulan
pertama setelah seseorang mengalami serangan jantung adalah periode risiko
tinggi untuk terjadinya cardiac arrest pada pasien dengan penyakit jantung
atherosclerotic.
b)
Penebalan otot jantung (Cardiomyopathy). karena berbagai sebab (umumnya karena
tekanan darah tinggi, kelainan katub jantung) membuat seseorang cenderung untuk
terkena cardiac arrest.
c)
Seseorang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung; karena beberapa
kondisi tertentu, beberapa obat-obatan untuk jantung (anti aritmia) justru
merangsang timbulnya aritmia ventrikel dan berakibat cardiac arrest. Kondisi
seperti ini disebut proarrythmic effect. Pemakaian obat-obatan yang bisa
mempengaruhi perubahan kadar potasium dan magnesium dalam darah (misalnya
penggunaan diuretik) juga dapat menyebabkan aritmia yang mengancam jiwa dan
cardiac arrest.
d)
Kelistrikan yang tidak normal; beberapa kelistrikan jantung yang tidak normal
seperti Wolff-Parkinson-White-Syndrome dan sindroma gelombang QT yang memanjang
bisa menyebabkan cardiac arrest pada anak dan dewasa muda.
e)
Pembuluh darah yang tidak normal, jarang dijumpai (khususnya di arteri koronari
dan aorta) sering menyebabkan kematian mendadak pada dewasa muda. Pelepasan
adrenalin ketika berolah raga atau melakukan aktifitas fisik yang berat, bisa
menjadi pemicu terjadinya cardiac arrest apabila dijumpai kelainan tadi.
f)
Penyalahgunaan obat; penyalahgunaan obat adalah faktor utama terjadinya cardiac
arrest pada penderita yang sebenarnya tidak mempunyai kelainan pada organ
jantung.
C. Patofisiologi
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya.
Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya
peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ
tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen,
termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan
korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak
mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan
selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit (Sudden cardiac death).
1. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit
jantung koroner menyebabkan Infark miokard atau yang umumnya dikenal sebagai
serangan jantung. Infark miokard terjadi akibat arteri koroner yang menyuplai
oksigen ke otot-otot jantung menjadi keras dan menyempit akibat sebuah materia
(plak) yang terbentuk di dinding dalam arteri. Pada akhirnya, otot-otot jantung
tidak lagi memperoleh suplai oksigen yang mencukupi untuk melakukan fungsinya,
sehingga dapat terjadi infark. Ketika terjadi infark, beberapa jaringan jantung
mati dan menjadi jaringan parut. Jaringan parut ini dapat menghambat sistem
konduksi langsung dari jantung, meningkatkan terjadinya aritmia dan cardiac
arrest.
2. Stress fisik
Dapat menyebabkan
sistem konduksi jantung gagal berfungsi, diantaranya:
a.
Perdarahan yang banyak akibat luka trauma atau perdarahan
dalam sengatan listrik.
b.
Kekurangan oksigen akibat tersedak, penjeratan, tenggelam
ataupun serangan asma yang berat.
c.
Kadar Kalium dan Magnesium yang rendah.
d.
Latihan yang berlebih. Adrenalin dapat memicu SCA pada
pasien yang memiliki gangguan jantung.
e.
Stress fisik seperti tersedak, penjeratan dapat
menyebabkan vagal reflex akibat penekanan pada nervus vagus di carotic sheed.
3. Kelainan Bawaan
Ada sebuah kecenderungan bahwa aritmia diturunkan dalam keluarga. Beberapa
orang lahir dengan defek di jantung mereka yang dapat mengganggu bentuk
(struktur) jantung dan dapat meningkatkan kemungkinan terkena cardiac arrest
4. Perubahan Struktur Jantung
Perubahan
struktur jantung akibat penyakit katup atau otot jantung dapat menyebabkan
perubahan dari ukuran atau struktur yang pada akhirnrya dapat mengganggu impuls
listrik. Infeksi dari jantung juga dapat menyebabkan perubahan struktur dari
jantung.
5. Obat-obatan
Antidepresan
trisiklik, fenotiazin, beta bloker, calcium channel blocker, kokain, digoxin,
aspirin, asetominophen dapat menyebabkan aritmia.
6. Tamponade Jantung
Cairan yang
yang terdapat dalam perikardium dapat mendesak jantung sehingga tidak mampu
untuk berdetak, mencegah sirkulasi berjalan sehingga mengakibatkan kematian.
7. Tension Pneumothorax
Terdapatnya
luka sehingga udara akan masuk ke salah satu cavum pleura. Udara akan terus
masuk akibat perbedaan tekanan antara udara luar dan tekanan dalam paru. Hal
ini akan menyebabkan pergeseran mediastinum. Ketika keadaan ini terjadi,
jantung akan terdesak dan pembuluh darah besar (terutama vena cava superior)
tertekan, sehingga membatasi aliran balik ke jantung.
D. WOC
E. Manifestasi klinis
1.
Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai
oksigen, termasuk otak.
2.
Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban
kehilangan kesadaran (collapse).
3.
Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5
menit, selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit.
4.
Napas dangkal dan cepat bahkan bisa terjadi apnea (tidak bernafas).
5.
Tekanan darah sangat rendah (hipotensi) dengan tidak ada denyut nadi yang
dapat terasa pada arteri.
6.
Tidak ada denyut jantung.
Tanda- tanda
cardiac arrest menurut Diklat Ambulans Gawat Darurat 118 (2010) yaitu:
1.
Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara, tepukan
di pundak ataupun cubitan.
2.
Ketiadaan pernafasan normal; tidak terdapat pernafasan normal ketika jalan
pernafasan dibuka.
3.
Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis, radialis).
F. Pemeriksaan Penunjang
1.
Elektrokardiogram
EKG bisa menunjukkan bahwa
serangan jantung telah terjadi. ECG dapat mendeteksi pola listrik abnormal,
seperti interval QT berkepanjangan, yang meningkatkan risiko kematian mendadak.
2.
Tes darah
a.
Pemeriksaan Enzim Jantung
Enzim-enzim jantung tertentu akan masuk ke dalam darah
jika jantung terkena serangan jantung. Karena serangan jantung dapat memicu
sudden cardiac arrest. Pengujian sampel darah untuk mengetahui enzim-enzim ini
sangat penting apakah benar-benar terjadi serangan jantung.
b.
Elektrolit Jantung
Melalui sampel darah, kita juga dapat mengetahui
elektrolit-elektrolit yang ada pada jantung, di antaranya kalium, kalsium,
magnesium. Elektrolit adalah mineral dalam darah kita dan cairan tubuh yang
membantu menghasilkan impuls listrik. Ketidak seimbangan pada elektrolit dapat
memicu terjadinya aritmia dan sudden cardiac arrest.
3.
Test Obat
Pemeriksaan darah untuk bukti
obat yang memiliki potensi untuk menginduksi aritmia, termasuk resep tertentu
dan obat-obatan tersebut merupakan obat-obatan terlarang.
4.
Test Hormon
Pengujian untuk hipertiroidisme
dapat menunjukkan kondisi ini sebagai pemicu cardiac arrest.
5.
Imaging tes
a.
Pemeriksaan Foto Torak
Foto thorax menggambarkan bentuk dan ukuran dada serta
pembuluh darah. Hal ini juga dapat menunjukkan apakah seseorang terkena gagal
jantung.
b.
Pemeriksaan nuklir
Membantu mengidentifikasi masalah aliran darah ke
jantung. Radioaktif yang dalam jumlah yang kecil, seperti thallium disuntikkan
ke dalam aliran darah. Dengan kamera khusus dapat mendeteksi bahan radioaktif
mengalir melalui jantung dan paru-paru.
c.
Ekokardiogram
Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan
gambaran jantung. Echocardiogram dapat membantu mengidentifikasi apakah daerah
jantung telah rusak oleh cardiac arrest
dan tidak memompa secara normal atau pada kapasitas puncak (fraksi ejeksi),
atau apakah ada kelainan katup.
d.
Electrical system (electrophysiological) testing and mapping
Biasanya dilakukan setelah seseorang sudah sembuh dan
jika penjelasan yang mendasari serangan jantung belum ditemukan. Dengan jenis
tes ini, dokter mungkin mencoba untuk menyebabkan aritmia, sementara dokter
memonitor jantung Anda. Tes ini dapat membantu menemukan tempat aritmia
dimulai. Hal ini memungkinkan dokter untuk mengamati lokasi aritmia.
e.
Ejection fraction testing
Persentase darah yang dipompa keluar dari ventrikel setiap detak jantung (fraksi ejeksi) Sebuah
fraksi ejeksi normal adalah 55 sampai 70 persen. Fraksi ejeksi kurang dari 40
persen meningkatkan risiko sudden cardiac arrest.
f.
Coronary catheterization (angiogram)
Pengujian ini dapat menunjukkan jika arteri koroner Anda
terjadi penyempitan atau penyumbatan. Arteri menjadi terlihat pada X-ray dan
rekaman video, menunjukkan daerah penyumbatan.
G. Penatalaksanaan
Henti jantung dapat terjadi
setiap saat di dalam atau di luar rumah sakit,sehingga pengobatan dan tindakan yang cepat serta
tepat akan menentukan prognosis; 30-45 detik.sesudah henti jantung terjadi akan
terlihat dilatasi pupil dan pada saat ini harus di ambil tindakan berupa:
1.
Sirkulasi artifisial yang meningkatkan tekanan darah yang mengandung
oksigen dengan melakukan :
a.
Masase jantung, .tidurkan pada tempat tidur yang datar dan keras, kemudian
dengan telapak tangan tekan secara kuat dan keras sehingga jantung yang
terdapat di antara sternum dan tulang belakang tertekan dan darah mengalir ke
arteria pumonalis dan aorta. Masase jantung
yang baik terlihat hasilnya dari terabanya kembali nadi arteri-atreri
besar sedangkan pulihnya sirkulasi ke
otak dapat terlihat pada pupil yang menjadi normal kembali.
b.
Pernapasan buatan. mula-mula bersihkan saluran pernapasan, kemudian
ventilasi di perbaiki dengan pernapan mouth to mouth/inflating bags atau secara
endotrakheal. Ventilasi yang baik dapat di ketahui bila kemudian tampak
ekspansi dinding thoraks pada setiap kali inflasi di lakukan dan kemudian juga
warna kulit akan menjadi normal kembali.
2.
Memperbaiki irama jantung
a.
Defibrilasi, yaitu bila kelainan dasar henti jantung ialah fibrilasi
ventrikel.
b.
Obat-obatan : infus norepinefrin 4 mg/1000ml larutan atau vasopresor dan
epinefrin 3 ml 1:1000 atau kalsium
klorida secara intra kardial (pada bayi di sela iga IV kiri dan pada anak di
bagian yang lebih bawah) untuk meninggikan tonus jantung, sedangkan asidosis
metabolik diatasi dengn pemberian sodium
bikarbonat. Bila fibrilasi ventrikel kambuh, maka dapat diberikan lignokain
1% dan kalium klorida yang dapat menekan
miokard. Bila nadi menjadi lambat dan abnormal, maka perlu di berikan
isoproterenol.
3.
Perawatan dan pengobatan komplikasi
a.
perawatan: pengawasan tekanan darah, nadi, jantung dilakukan untuk
menghindari terjadinya aspirasi
(dipasang pipa lambung); mengetahui
adanya anuri yang dini (di pasang kateter kandung kemih).
b.
pengobatan komplikasi yang terjadi seperti gagal ginjal (yang di sebabkan
nekrosis kortikal akut) dan anuri dapat di atasi dengan pemberian ion exchange resins,
dialisis peritoneal serta pemberian cairan yang di batasi. Kerusakan otak di
atasi dengan pemberian obat hiportemik dan obat untuk mengurangi edema otak
serta pemberian oksigen yang adekuat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Emergency nurse assosiation. 2005.sheehy’s of emergency
care. Edisi ke6. Philadelphia : mosby Elsevier.
Ilmu kesehatan anak volume
2.1985.
Ilmu kesehatan anak volume
3.1985.
Kapita selekta pediatrik;edisi
II.EGC.
Ns.Paula krisanty,S.kep,MA,dkk.
2009.Asuhan keperawatan gawat darurat.TIM
Nanda
international.2009-2011.diagnosis keperawatan, definisi dan klasifikasi EGC.
Wilkinson,M.Judith.2002.buku
saku diagnosis keperawatan,dengan intervensi NIC & kriteria hasil NOC.edisi
ke-7.EGC.
Kartikawati, Dewi.dasar-dasar
keperawatan gawat darurat.b uku ajar. 9.
Muriel, skeet. tindakan paramedis terhadap kegawatan dan pertolongan
pertama. edisi ke 2.EGC
7:35 AM
Student of Nurse